//

Haul Al-Sayyid Ahmad bin Isa Al Muhajir.

Haul Al-Sayyid Ahmad bin Isa Al Muhajir

 
Sore hari kemarin, tepatnya pada hari Sabtu tanggal 11 januari 2009, warga sekitar kota Tareem dan Seiyun  berjubel memenuhi arena pemakaman Al Sayyid Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidli atau lebih banyak dikenal dengan Al Sayyid Ahmad bin Isa Al Muhajir yang berada di daerah Husaisah,
sebuah daerah yang diapit oleh dua kota kecil tersebut untuk menghadiri acara haul datuk  dari dzurriyyaturrosul ( keturunan Rosulullah SAW ) yang pada sekitar pertengahan abad ke 3 Hijriyyah karena kecamuk kondisi politik yang terjadi antara dua dinasti kekhilafahan melakukan hijrah dari Iraq menuju Hadramaut untuk selanjutnya menatap di hadramaut dan membentuk generasi Islam unggulan di tempat itu.

Acara sejenis pengajian akbar yang lazim diselenggarakan oleh masyarakat Indonesia untuk merayakan haul-haul para tokoh masyarakat yang memiliki kontribusi riil dalam pengembangan social pada komunitas tertentu tersebut merupakan acara penutup dari rangkaian acara yang diadakan oleh panitia dalam rangka Haul Al Sayyid Ahmad bin Isa Al-Muhajir itu.

Sebelumnya telah diadakan beberapa acara lain berbasis ilmiyah mulai tanggal 8 s/d 10 Januari 2009 berupa seminar ilmiyah berupa studiy analisis dan diagnosis terhadap bencana banjir di Hadramaut dan kontribusi untuk pemulihan dan pembebasan korban yang dimobilisasi oleh da’i dan cendikiawan muslim Yaman Al Habib Abu Bakar Al Adniy.

Acara puncak tersebut dibuka pada Sabtu petang setelah jama’ah sholat maghrib dengan bacaan maulid Simth Al Duror, sebuah kitab yang berisi sejarah Nabi Muhammad mulai dari kelahiran sampai wafat beliau dalam bentuk sastra yang ditulis oleh salah satu cicit Sayyid Muhajir, Al Sayyid Ahmad bin Ali Al-Habsyi. Selesai pembacaan maulid Simt Al-Duror acara tersebut kemudian dilanjutkan dengan beberapa mauidloh hasanah yang disampaikan oleh ulama’ asal kota Tareem yang terkenal dengan Ain Tareem, Al-Habib Abdullah bin Syihab. Dalam mauidloh tersebut, ulama’ yang terkenal dengan kesederhanaannya tersebut  lebih banyak membicarakan pentingnya seorang muslim untuk senantiasa bertaqwa dan menjaga uhuwwah Islamiyyah.

Selesai mauidloh yang disampaikan dengan singkat tersebut, acara sejenis pengajian akbar yang lazim diselenggarakan di Indonesia tersebut dilanjutkan dengan mauidloh hasanah yang disampaikan oleh sulthonul ulama’, Al-Habib Salim bin Abdullah Al-Syathiri. Berbeda dengan Habib Abdullah bin Syihab, pengasuh Rubath Tareem tersebut lebih banyak menuturkan sejarah awal yang memotivasi sayyid Ahmad bin Isa Al-Muhajir. Beliau menuturkan bahwa
sebenarnya yang memotivasi Sayyid Ahmad bin isa melakukan hijrah hingga ahirnya sampai di Husaisah dan menetap di sini bukanlah semata-semata karena upaya untuk menyelamatkan diri dari konflik politik yang saat itu terjadi di Iraq antara dinasti Umayyah dan Abbasiyah, namun juga karena ghirah untuk menyebarkan Syari’at Islam melalui methode dakwah.

Selanjutnya, lanjut beliau, methode da’wah yang dilakukan oleh sayyid Ahmad bin Isa Al Muhajir itu dengan sangat cepat megalami kemajuan sehingga banyak dari penduduk yang berdomisili di sekitar tempat tersebut mendatangi majlis beliau. Hal itu dalam masa selanjutnya mampu menjadikan Husaisah semacam qiblat pendidikan untuk daerah sekitarnya pada masa itu dan menjadi daerah yang maju sebelum kemudian kegemilangan itu tidak bertahan oleh laju waktu. Hal tersebut, merupakan sunnah yang akan terjadi pada daerah atau kota manapun sesuai dengan Firnman Allah  dalam alqur’an. Keberhasilan dan Kemajuan tersebut, menurut ulama’ yang pernah mengalami penyiksaan oleh penjajah Rusia ini antara lain adalah karena madzhab yang digunakan Imam Ahmad bin Isa adalah Madzhab Syafi’iy dalam bidang fiqih, Asya’iroh dalam bidang teologi, dan Ghozaliyyah dalam bertasawwuf yang kesemuanya merupakan method yang saat itu telah bannyak digunakan oleh penduduk setempat.Yang menarik dari Mauidloh Habib Salim malam itu adalah kontribusi yang diberikan dzurriyyaturrosul ( keturunan Rosul SAW ) asal Hadlramaut dalam menyebarkan ajaran Islam di Asia tenggara, seperti Indonesia dan Malaysia .

Menurut beliau, para pedagang dari Gujarat-India yang oleh sejarah telah diakui sebagai penyebar agama Islam di Nusantara sebenarnya merupakan keturunan dari Sayyid Ahmad bin Isa Al-Muhajir yang melakukan imigrasi ( baca : Hijrah ) dari negeri asal mereka Hadlramaut menuju ke India untuk melakukan perjalanan niaga sekaligus da’wah Islam. Perjalan ke negeri Shidarta Gautama Budha tersebut selanjutnya mampu merubah kondisi keagaman yang waktu itu merupakan Paganisme. Setelah menyebarkan ajaran Islam di India, para Ahlul bait tersebut selanjutnya melakukan perjalanan da’wah selkaligus niaga mereka ke Asia tenggara yang pada waktu itu dikuasai oleh imperium Majapahit yang juga merupakan masyarakat pagan. Perlahan namun pasti, tutur beliau, dengan kesabaran yang dimiliki oleh Ahlul Bait dalam melakukan da’wah tersebut mampu merubah keagamaan dari Paganisme ke Islam hingga menjadikan negara Indonesia dan Malaysia sebagai dua Negara Islam yang besar. Tidak hanya itu, lanjutnya, di Republik Rakyat China terdapat sebuah daerah yang bernama Tareem. Daerah tersebut adalah kota yang dulu pernah dibangun oleh para Imigran hadlramaut untuk mendukunng kelancaran  aktivitas da’wah dan dagang mereka.

Usai mauidloh dari habib Salim tersebut, acara dilanjutkan dengan jama’ah sholat Isya’. Selesai berjam’ah, acara dilanjutkan dengan makan bersama dan selanjutnya pada sekitar pukul 21.30 waktu setempat para hadirin yang mengikuti acara itu mulai berangsur-angsur meninggalkan arena pemakaman Al-Habib Ahmad bin Isa Al-Muhajir di Husaisah dengan iringan Sholawat yang dilantunkan oleh Group Nasyid Al Masarroh menuju tempat tinggalnya masing-masing.

2012@abdkadiralhamid

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Haul Al-Sayyid Ahmad bin Isa Al Muhajir."

Post a Comment

Silahkan komentar yg positip