//

AL HASAN BIN ALI BIN ABI THALIB


AL HASAN BIN ALI BIN ABI THALIB

adalah anak dari Ali bin Abi Thalib dan Fatimah az-Zahra, dan cucu pertama dari Nabi Muhammad SAW. Menurut hampir seluruh sekte Syi'ah, Ia merupakan Imam kedua, sedangkan sekte lainnya menyebut bahwa Imam kedua adalah saudaranya Husain bin Ali. Walaupun begitu, ia merupakan salah seorang figur utama baik dalam Sunni dan Syi'ah karena ia merupakan Ahlul Bait dari Nabi Muhammad SAW. Beliau juga sangat dihormati kaum Sufi karena menjadi Waliy Mursyid yang ke 2 setelah ayahanda beliau terutama bagi tarekat Syadziliyyah.

Kelahiran dan Kehidupan Keluarga

Kelahiran

Imam Hasan dilahirkan dua tahun setelah Hijrah ke Madinah (622 M), orang tuanya adalah Ali bin Abi Thalib, sepupu Nabi Muhammad SAW dan orang kepercayaannya, dan Fatimah Az-Zahra, putri Nabi Muhammad SAW. Imam Hasan adalah cucu pertama Nabi Muhammad SAW. Menurut tradisi Syi'ah, ia dinamakan seperti nama kakeknya. Hasan berarti "gagah/handsome" dalam Bahasa Arab.

Keturunan

Diriwayatkan bahwa Imam Hasan memiliki 11 orang anak, diantaranya adalah :
1. Zaid, bergelar al-Ablaj mempunyai putra bernama:
  •  Hasan bergelar al-Anwar. Hasan al-Anwar sempat menjadi Gubernur Madinah diangkat tahun 150 H oleh Abu Ja'far al-Mansur Khalifah ke-2 Bani Abbasiyah.
 2. al-Hasan, bergelar al-Mutsanna, ibunya bernama Khaulah binti Manshur al-Fazariyah, mempunyai dua orang putra:
  • Abdullah, yang oleh kaum Suni dan kaum Sufi bergelar al-Mahdi, oleh kaum Syi'ah digelari al-Kamil, dari Abdullah inilah yang kemudian menurunkan dinasti Hasyimiyah yang berkuasa atas Yordania sekarang dan pernah berkuasa atas Iraq dan sebagai pemimpin kota Mekkah, Syarif Mekkah.Abdullah tercatat mempunyai 4 putra yaitu:
  1. Muhammad yang sangat terkenal dengan gelar Nafsuz Zakiyyah,
  2. Ibrahim, dan
  3. Musa bergelar Al-Juni yang keturunannya sampai kepada Syekh Abdul Qadir Jilani pendiri tarekat Qadiriyyah.
  4. Idris bin Abdullah. Ia mempunyai banyak keturunan di Maroko baik kaum bangsawan (Dinasti Idrissiyah di Maroko) juga kaum Ulamanya di seluruh Maghribi.
  • Ali bin al-Hasan mempunyai putra bernama:
           - Husayn, yang sangat terkenal dengan gelar al-Fukhkhiy

   3. al-Qasim

   4. Abu Bakar

   5. Abdullah,
kelimanya terbunuh bersama pamannya, Husain di Karbala, Abdullah diketahui sempat mempunyai 3 putra sebelum wafat yaitu:
         1. Yahya bin Abdullah
         2. Muhammad bin Abdullah. 

              Ia mempunyai putra bernama:
         3. Abdullah dengan gelar al-Asytar.

   6. Amru bin Hasan

   7. Abdurrahman

   8. Hasan, yang dijuluki al-Astram

  9.Muhammad diketahui mempunyai seorang putra bernama:

          - Isa, yang mempunyai putra :
  •  Muhammad yang keturunan beliau sampai kepada Syekh Abul Hasan As Syadzili, pendiri tarekat Syadziliyyah
  10. Ya'qub

  11. Ismail

  12. Ibrahim mempunyai putra:
          - Ismail mempunyai putra lagi ;
                - Ibrahim yang mempunyai putra :
                      - Muhammad sangat terkenal dengan Ibnu Thabathaba'i.


Sebagai Imam dan Waliy Mursyid

Bagi kaum Syi'ah beliau adalah Imam ke-2 dari 12 Imam, sementara bagi kaum Sufi khususnya tarekat Syadziliyah (Shadiliyya) beliau adalah Waliy Mursyid generasi ke 2 setelah ayahanda beliau Ali bin Abi Thalib. Hingga saat ini sebagian besar tarekat sufi telah mencapai Waliy Mursyid generasi yang ke 40.

Beliau juga menjadi datuk (leluhur) bagi sebagian Waliy Mursyid besar dan sangat utama seperti Syekh Abu Hasan Syadzili keturunan beliau dari Isa bin Muhammad bin Hasan bin Ali. Juga Syekh Abdul Qadir Jaelani keturunan beliau dari Abdullah bin Hasan bin Hasan bin Ali. Dan tak terhitung juga menjadi datuk bagi banyak Waliy Mursyid di zaman sekarang terutama dari tarekat Syadziliyyah 



Rasulullah saw. bersabda: " Hasan dan Husain adalah pemimpin para pemuda penduduk Surga, dan ayah mereka lebih baik dari mereka."

Nama lengkap beliau adalah Abu Muhammad al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib ra. bin Abdul muth Thalib bin Hasyim al-Qurasyi al-Hasyimi, cucu Rasulullah saw. putera dari puteri beliau Fathimah az-Zahra dan raihanah (kesayangan) beliau. Orang yang paling mirip wajahnya dengan beliau.
Ia Lahir pada pertengahan Ramadhan tahun 3 H. Rasulullah saw. mentahniknya dengan ludah beliau dan memberinya nama al-Hasan.  Ia adalah putra tertua Ali bin Abi Thalib ra  Rasulullah saw. sangat mencintainya dan kadang kala ia menjilati lidahnya sewaktu ia masih kecil, memeluknya dan bercanda dengannya. Terkadang ia mendatangi Rasulullah saw. saat beliau sedang sujud lalu naik ke atas punggung beliau. Beliau membiarkannya dan memanjangkan sujud karenanya. Dan kadang kala ia membawanya naik ke atas mimbar.
Dalam hadits shahih disebutkan bahwa ketika Rasulullah saw. berkhutbah, beliau melihat al-Hasan dan al-Husain datang menghampiri beliau. Beliau turun dari mimbar dan menggendong mereka berdua lalu membawa keduanya ke atas mimbar, kemudian beliau berkata, "Maha benar Allah SWT. Selanjutnya beliau membaca firman Allah Swt,

Artinya  : "Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu) '
(At-Taghabun: 15).

"Sesungguhnya aku melihat kedua anak ini berjalan dan jatuh, aku tidak sabar sampai turun mengambil keduanya. "  Kemudian beliau berkata,  "Sesungguhnya kalian (anak-anak tersebut) termasuk kesayangan AllahSWT .. Dan kalian membuat kami bakhil dan penakut."
Beberapa riwayat menjelaskan kan bahwa Hasan lebih mirip kepada Rasulullah Saw daripada kepada Ali bin Abi Thalib ra selaku ayahnya. Tentang kemiripan Hasan dengan Rasulullah, disebutkan bahwa ketika Abu Bakar selesai mengimami kaum muslimin shalat beberapa malam setelah Rasulullah saw wafat. Kemudian beliau bersama Ali berjalan keluar. Lalu beliau melihat Hasan sedang bermain bersama anak-anak lainnya. Abu Bakar menggendongnya di atas punggungnya seraya berkata, "Demi Allah SWT, Anak ini sangat mirip dengan Rasulullah saw., Tidak mirip dengan Ali." Ali tersenyum saja mendengarnya. 
Hal ini dibenarkan juga oleh Ali bin Abi Thalib ra. seraya berkata,  " Hasan sangat mirip dengan Rasulullah saw. antara dada dan kepalanya. Dan Husain mirip dengan Rasulullah saw. dari dada ke bawah." dalam riwayat lain disebutkan bahwa Ali berkata," Hasan bin Ali adalah orang yang paling mirip dengan Rasulullah saw. dari wajah sampai ke pusarnya. Dan Husain adalah orang yang paling mirip dengan Rasulullah saw. dari pusar ke bawah."
Semenjak kecil Hasan dan Husain sangat disayangi oleh Rasulullah Saw, suatu waktu ia digendong oleh Nabi diatas pundaknya seraya bersabda : "Ya Allah, aku mencintainya maka cintailah dia." Dan Rasulullah sering kali keluar menemui para sahabatnya sambil menggendong Hasan dan Husein diatas pundak beliau, sambil sesekali mencium Hasan dan sesekali mencium Husain sampai ia berada di depan para sahabatnya. Seorang sahabat berkata, "Wahai Rasulullah saw., Kamu kelihatannya sangat mencintai keduanya." Rasulullah saw. bersabda, "Barangsiapa mencintai keduanya berarti ia telah mencintaiku dan barang-siapa membuat keduanya marah berarti ia telah membuatku marah." 
Pada saat Rasulullah SAW shalat, beliau pernah menempatkan mereka berdua di sampingnya. Kedua cucunya ini memperhatikan gerak gerik beliau dalam shalatnya. Bahkan, ketika beliau sujud, kedua anak itu melompat ke belakang beliau. Maka ada seseorang yang mencoba melarang anak-anak itu, tapi beliau mengisyaratkan supaya dibiarkan saja kedua cucunya bermain di belakangnya. Jika Rasulullah hendak mengerjakan shalat, maka beliau meletakkan Hasan dan Husain. Kemudian beliau bersabda: "Siapa yang kasih kepadaku harus ia kasih kepada yang dua ini (Hasan dan Husain)." 
Demikian besarnya sayangnya Rasulullah Saw kepada kedua cucunya tersebut. Hingga pada suatu ketika Rasulullah saw. mengimami mereka shalat dalam sebuah shalat di malam hari. Beliau sujud dan memperpanjang sujud. Setelah salam beliau berkata kepada para makmum:  "Sesungguhnya cucuku ini yakni Hasan naik ke atas punggungku dan aku tidak ingin mengusirnya sampai ia merasa puas."
Umar bin Khattab pernah menyaksikan Rasulullah SAW sedang menggendong Hasan dan Husain, seorang di bahu kanan dan yang seorang lagi di bahu kiri beliau. Maka Umar berkata kepada Hasan dan Husain, "Kuda yang paling baik adalah di bawah kamu (Rasulullah)." Rasulullah melirik ke cucunya lalu berkata, "Dan penunggang kuda yang paling mahir adalah kamu berdua." Di dalam rumahnya sendiri, Rasulullah membawa Hasan dan Husain pada belakangnya, kemudian beliau berjalan dengan tangan dan kaki sambil berkata: "Unta yang paling baik adalah unta kalian, dan sebaik-baik pasangan adalah kamu berdua." 
 Pernah terjadi, ketika para Sahabat duduk di sekeliling Rasulullah SAW ketika matahari hampir tenggelam, maka datang orang memberitahukan beliau bahwa Hasan dan Husain telah hilang entah ke mana. Mendengar yang demikian membuat Rasulullah takut lalu berkata kepada para Sahabat , "Bangkitlah kamu, pergi cari anakku!" Kemudian beliau mengajak salah seorang di antara Sahabat ikut bersamanya. Rasulullah SAW menyeru semua Sahabat agar sama-sama menemukan Hasan dan Husain sebelum malam tiba, tapi tidak juga ditemukan. Tiba di suatu tempat, melihat Hasan dan Husain berpelukan dan amat ketakutan karena di hadapan mereka ada seekor ular besar yang dari mulutnya keluar api. Dengan cepat, Rasulullah SAW mengambil perhatian ular itu agar beralih kepadanya.Tidak lama kemudian ular itu pergi ke celah-celah batu. 
Beliau terus mengambil Hasan dan Husain, memisahkan keduanya, lalu menyapu wajah keduanya. Sambil memeluk keduanya, Rasulullah SAW bersabda: "Demi ayah dan ibuku, kamu berdua teramat mulia di sisi Allah." Sesudah itu barulah nafas Hasan dan Husain kembali seperti biasa. Kemudian beliau pun mengangkat keduanya, seorang ke bahu kanan dan seorang lagi ke bahu kirinya. 
Pernah Rasulullah SAW masuk ke rumah putrinya Fatimah bertujuan untuk berziarah dan memberi ketenangan jiwa kepadanya, lalu beliau bertanya tentang kondisi dirinya dan rumah tangganya. Beliau juga bertanya pada suami dan anak-anaknya. Rasulullah berkata kepada Fatimah, "Suruhlah suami dan anak-anakmu datang ke mari." Lalu Fatimah memanggil mereka semua, maka mereka pun datang sambil memberi salam kepada Rasulullah dan menyambut beliau dengan gembira.
Dalam kesempatan itu Rasulullah bergurau senda dan beramah mesra dengan mereka. Setelah suasana sudah tenang maka beliau menyuruh mereka duduk di hadapannya lalu beliau berdoa untuk mereka: "Ya Allah, mereka ini adalah keluarga Muhammad. Berikan rahmat dan berkah-Mu kepada mereka sebagaimana telah Engkau berikan kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mulia. Ya Allah, inilah keluargaku, hilangkanlah dari mereka kekotoran dan bersihkan mereka dengan kesucian. Ya Allah, redhailah mereka sebagaimana aku ridha kepada mereka. " 
Kemudian Rasulullah Saw membaca firman Allah Swt,

Artinya : Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, Hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. (QS Al Ahzab: 33)

Abu Bakar ash-Shiddiq ikut memuliakan, menghormati, mencintai dan setia kepada Hasan. Demikian pula Umar bin al-Khaththab. Ketika Umar mencatat nama-nama sahabat yang berhak mendapat santunan negara, beliau memasukkan Hasan dan Husain dalam deretan sahabat yang mengikuti perang Badar yang mendapat lima ribu dirham sebulan.
Demikian pula Utsman bin Affan memuliakan Hasan dan Husain dan mencintai keduanya. Pada hari pengepungan terhadap Utsman bin Affan Hasan bin Ali berada di sisinya dengan pedang terhunus untuk melindungi Utsman. Akan tetapi Utsman mengkhawatirkan keselamatannya. Utsman bersumpah menyuruhnya kembali ke rumah agar hati Ali menjadi tenang. Karena beliau sangat mengkhawatirkan keselamatannya.
Demikian pula Ali sangat memuliakan Hasan, menghormati dan mengagungkannya. Pada suatu hari ia pernah berkata kepada putranya itu, "Wahai anakku, maukah engkau berkhutbah? Aku ingin sekali mendengarkannya." Hasan menjawab, "Aku malu berkhutbah sementara aku melihatmu ayah." Lalu Ali pergi dan duduk di tempat yang tidak terlihat oleh Hasan. Kemudian Hasan bangkit dan berkhotbah di depan manusia sedangkan Ali mendengarkannya. Ia menyampaikan khutbah yang sangat indah dan fasih. Setelah selesai Ali membaca Firman Allah,


Artinya  : (sebagai) satu keturunan yang sebagiannya (keturunan) dari yang lain. "(Ali Imran: 34).
           
Hasan menunaikan ibadah haji sebanyak dua puluh lima kali dengan berjalan kaki, sementara unta-unta dituntun di depannya. Ketika Hasan dan Husain melakukan thawaf di Baitullah al-Haram maka orang-orang berdesak-desakkan mengerumuni keduanya untuk mengucapkan salam kepada keduanya, semoga Allah SWT. meridhai keduanya dan membuat keduanya ridha. Bahkan Mu'awiyah pun memuliakan dan menghormati Hasan. Ia sering mengirim hadiah setiap tahun seratus ribu dirham kepada Hasan. Disaat Hasan datang mengunjunginya, Mu'awiyah memberinya hadiah sebesar empat ratus ribu dirham.
Hasan mempunyai sifat kedermawanan yang tinggi, seringkali hadiah yang diberikan kepadanya habis dibagikan kepada anak yatim dan fakir miskin bahkan terkadang Hasan memberi seseorang hadiah sampai sebesar seratus ribu dirham. Abu Ja'far al-Baqir berkata, "Seorang pria datang menemui Husain bin Ali meminta bantuan kepadanya untuk suatu kebutuhan. Lelaki itu menemukan beliau sedang i'tikaf. KemudianHusain menolak secara halus permintaan pria itu. Lalu ia pergi menemui Hasan dan meminta bantuan kepadanya.  Hasan memenuhi permintaan pria itu. Beliau berkata, "Membantu kebutuhan saudaraku fillah lebih aku sukai dari beri'tikaf sebulan penuh."
Hasan bin Ali juga seorang yang sholeh dan wara' serta rajin beribadah, ketika selesai shalat subuh di masjid, beliau duduk di tempat shalat dan berdzikir sampai matahari meninggi. Para tokoh dan orang-orang terkemuka duduk berbincang-bincang bersama beliau. Kemudian beliau pulang dan menemui Ummahatul Mukminin (para istri Rasul) untuk mengucapkan salam kepada mereka. Terkadang Ummahatul Mukminin memberi bingkisan buat beliau, baru setelah itu ia pulang ke rumah.
Menurut sebagian riwayat Hasan banyak melangsungkan pernikahan, empat orang istri hampir setiap saat selalu menyertai beliau. Beliau suka kawin cerai. Bahkan ada yang mengatakan bahwa ia telah menikahi tujuh puluh orang wanita. Dan ada pula yang menyebutkan bahwa beliau pernah mentalak dua istri dalam sehari, seorang dari Bani Asad dan seorang dari suku Fazariyyah. Lalu beliau mengirim hadiah kepada keduanya masing-masing sebesar sepuluh ribu dirham dan satu drum madu. Beliau berkata kepada pelayan, "Coba dengar-kan apa komentar mereka berdua!". Adapun wanita dari suku Fazariyyah mengatakan, "Semoga Allah SWT. membalasnya dengan kebaikan." lalu ia mendoakan kebaikan untuk Hasan bin Ali. Adapun wanita dari Bani Asad mengatakan: "Hadiah yang sedikit dari kekasih yang pergi"  Kemudian pelayan itu menyampaikan apa yang didengarnya kepada Hasan. Lalu beliau lihat wanita Bani Asad dan meninggalkan wanita Fazariyyah.
Ali bin Abi Thalib ra. pernah mengatakan kepada penduduk Kufah, "Janganlah nikahkan dia, karena dia suka mentalak istri." Mereka berkata, "Demi Allah SWT. wahai Amirul Mukminin, jika ia datang meminang kepada kami setiap hari niscaya akan kami nikahkan ia kepada wanita yang ia sukai karena keinginan kami mendapat hubungan keluarga dengan Rasulullah saw .. "  Ibnu Az-Zubair pernah berkata, "Demi Allah SWT., Wanita-wanita tidak akan lari dari orang seperti Hasan bin Ali."
Ketika  Ali bin Abi Thalib akan wafat para sahabatnya berkata kepadanya: "Tentukanlah penggantimu bagi kami." Maka beliau menjawab: "Tidak, tetapi aku tinggalkan kalian pada apa yang telah ditinggalkan oleh Rasulullah Saw.... " Dan Setelah Khalifah Ali bin Abi Thalib dimakamkan, orang-orang yang setia pada beliau menobatkan Hasan bin Ali sebagai Khalifah. Namun pengangkatan Hasan ini ditentang oleh Mu’awiyah yang ketika itu masih menjabat gubernur di Damaskus.
Hasan bin Ali bukanlah orang yang haus kekuasaan. Ia adalah pecinta kedamaian. Hasan menginginkan semua pihak yang terpecah-pecah semasa berakhirnya pemerintahan Utsman bin Affan agar bersatu kembali. Hasan sebagai pemimpin Islam yang berjiwa besar, ikhlas menyerahkan kekuasaan kepada Mu'awiyah. Hasan berkata : "Yang penting bagiku, umat Islam itu bias bersatu supaya kuat."
Penyerahan kekuasaan dari Hasan ke Mu'awiyah itu terjadi pada tahun 41 Hijriyah. Tahun itu kemudian dikenal dengan sebutan 'Amul Jama'ah yang artinya Tahun Persatuan. Sebelum menyerahkannya, Hasan bin Ali yang bijak itu mengajukan tiga syarat kepada Mu'awiyah, yaitu :

1.      Mu'awiyah bersedia berjanji untuk tidak akan menghina Ali bin Abi Thalib, ayahanda Hasan, terutama didepan umum.
2.      Jabatan khalifah tidak diberikan secara turun temurun, akan tetapi dipilih secara demokratis.
3.      Pengangkatan khalifah selalu berdasarkan pada permusyawaratan kaum muslimin seluruhnya.

Dari ketiga syarat yang diajukan itu semuanya disetujui oleh Mu’awiyah, dan Mu'awiyah berjanji akan mematuhi semua persyaratan yang diajukan itu. Hal ini dilakukan Hasan untuk mencegah pertumpahan darah di kalangan kaum muslimin, seperti yang telah terjadi ketika peristiwa perang Jamal dan perang Shiffin.
Inilah rupanya yang terjadi sebagaimana yang telah disabdakan oleh Rasulullah saw. ketika beliau masih hidup, " Sesungguhnya cucuku ini adalah sayyid, kelak Allah SWT. Akan mendamaikan dua kelompok besar kaum muslimin melalui dirinya. " Hasan turun jabatan dan menyerahkan kepemimpinan kepada Mu'awiyah. Terjadilah apa yang dikatakan oleh Rasulullah saw. itu.
Shalih bin Muhammad berkata, "Aku mendengar ayahku berkata, Sebanyak sembilan puluh ribu pasukan telah berbai'at kepada al-Hasan, namun ia meninggalkan jabatan khalifah, beliau berdamai dengan Mu'awiyah. Tidak setetes darahpun mengalir selama masa pemerintahannya."
Abdurrahman bin Jubair bin Nufair al-Hadhrami mengatakan bahwa ayahnya berkata, Aku bertanya kepada al-Hasan bin Ali, "Bukankan orang-orang  menginginkan engkau sebagai khalifah?"  Hasan berkata, "Sesungguhnya orang-orang Arab dibawah kendaliku. Mereka berdamai dengan orang-orang yang berdamai denganku dan mereka memerangi orang-orang yang aku perangi. Namun aku lepaskan jabatan itu demi mencari ridha Allah SWT ."
Diriwayatkan bahwa Yazid bin Mu'awiyah mengirim perempuan bernama Ja'dah binti al-Asy'ats untuk meracun Hasan dengan janji ia akan menikahinya setelah itu, datanglah Ja’dah kepada Hasan dan memberinya minum dengan air yang telah dibubuhi racun olehnya. Tanpa curiga sedikitpun Hasan kemudian meminum air tersebut, setelah itu ia jatuh pingsan, sampai pada akhirnya ia meninggal. Menjelang wafat seorang tabib yang terus memantau perkembangan kesehatannya berkata, "Orang ini telah diputus-putus ususnya oleh racun."
Ketika itu Husain berkata, "Wahai Abu Muhammad, katakan padaku siapakah yang menyuguhimu minum!" "Mengapa wahai saudaraku?" Tanya Hasan.  Husain menjawab, "Demi Allah SWT. Aku akan membunuhnya sebelum aku mengubur jenazahmu, atau aku tidak bisa menemukannya atau ia berada di suatu tempat maka aku akan berusaha menemukannya!"
Hasan menjawab, "Wahai saudaraku, dunia ini hanyalah malam-malam yang fana, biarkanlah ia sampai kelak aku dan dia bertemu di hadapan Allah SWT." Hasan enggan menyebutkan nama orang itu. 
Ketika Hasan bin Ali menjelang wafat ia berkata, "Keluarkanlah aku agar aku dapat melihat langit yang luas." Merekapun mengeluarkan tempat tidurnya. Ia mengangkat kepalanya kemudian berkata, "Ya Allah, aku memurnikan jiwaku berada di sisi-Mu, karena jiwaku adalah yang paling berharga bagiku."
Setelah Hasan wafat Saat itu hampir saja terjadi keributan antara Husain bin Ali dan Marwan bin Hakam. Hal ini dikarenakan Hasan telah berwasiat kepada Husain agar dikuburkan bersama Rasulullah saw. Jika tidak menimbulkan masalah, namun kalau dikhawatirkan akan menimbulkan pertumpahan darah dan keributan jenazahnya dikuburkan di Baqi 'saja. sementara Marwan tidak mengizinkan Husain menguburkannya bersama Rasulullah saw. 
Disaat keduanya bersitegang Jabir berbicara kepada Husain bin Ali, "Wahai Abu Abdillah, bertakwalah kepada Allah SWT., Sesungguhnya saudaramu tidak ingin keributan ini terjadi. Kebumikanlah jenazahnya di pekuburan Baqi 'bersama ibunya.' Maka al-Husain pun melakukannya '. "
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa al-Hasan mengutus seseorang untuk meminta izin kepada 'Aisyah agar jenazahnya dikebumikan di kamar bersama Rasulullah Saw. 'Aisyah ra. mengizinkannya. Ketika Hasan wafat, terjadilah keributan.  Husain mengenakan senjatanya sementara Bani Umayyah juga menyiapkan senjata mereka. Mereka berkata, "Kami tidak akan membiarkannya dikuburkan bersama Rasulullah saw. Apakah ia dikuburkan di kamar bersama Rasulullah saw. sementara Utsman dikuburkan di Baqi?"
Ketika dikhawatirkan keributan itu akan menimbulkan pertumpahan darah Sa'ad bin Abi Waqqash, Abu Hurairah, Jabir dan Ibnu Umar menyarankan kepada Husain agar tidak berperang. Ia pun mengikuti saran tersebut lalu menguburkan saudaranya di dekat kubur ibunya di Baqi '."
            Sa'id bin al-Ash (Amir Madinah) dipersilahkan oleh Husain untuk memimpin shalat atas jenazah Hasan, namun kemudian Husain berkata, "Jika hal itu bukanlah sunnah Nabi niscaya aku tidak akan mempersilahkannya."
Disaat wafatnya Hasan bin Ali ra, Abu Hurairah berdiri di masjid Rasulullah saw. ia berteriak dengan suara keras, "Wahai sekalian manusia pada hari ini telah wafat kekasih Rasulullah saw, tangisilah kepergiannya."
Abu Hurairah berkata, "Tidaklah aku melihat Hasan melainkan menetes air mataku atau berlinang air mataku atau melainkan aku menangis."
Kemudian manusia berkumpul mengantar jenazahnya sampai-sampai pekuburan Baqi 'penuh sesak dengan para pengantar. Pria, wanita sampai anak-anak menangisi kepergian beliau.
Hasan wafat dalam usia 74 tahun. Demikianlah yang dikatakan oleh sejumlah orang dan itulah yang benar. Menurut kata yang masyhur beliau wafat pada tahun 49 H. Sementara yang lain mengatakan, Wafat pada tahun 50 H.

abdkadiralhamid@2012

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "AL HASAN BIN ALI BIN ABI THALIB "

Post a Comment

Silahkan komentar yg positip