//

Sikap Kaum Salaf Ba Alawi dalam menghadapi Bulan Muharram



Sikap Kaum Salaf Ba Alawi dalam menghadapi Bulan Muharram

Amalan Ibadah & Bid’ah-Bid’ah di Bulan Muharram
 
Hakekat Tariqah Keturunan Nabi atau lebih dikenal Tariqah Alawiyyah lebih menekankan pada Amalan, menghidupkan malam, memperbanyak amalan-amalan sunnat, dll, khususnya dalam menghadapi bulan-bulan mulia seperti bulan Muharram ini. 


Secara terperinci Syaikh Al-Haddad mengatakan bahwa hidup ini adalah safar (sebuah perjalanan menuju Tuhan). Safar adalah suatu cara untuk melakukan perlawanan terhadap hawa nafsu, dan sebagai media pendidikan moral. Seorang Musafir membutuhkan empat hal. Pertama, ilmu yang akan membantu untuk membuat strategi. Kedua, sikap wara’ yang dapat mencegahnya dari perbuatan haram. Ketiga, semangat yang menopangnya. Keempat, moral yang baik yang menjaganya.

Syaikh Ahmad bin Zain Al-Habsyi mengatakan bahwa thariqah mereka menekankan pada ilmu dan amal, wara’ dan khauf (takut), serta ikhlas hanya untuk-Nya. Kelima ajaran ini merupakan bagian penting dalam tahapan awal seseorang menjadikan hatinya bersih dari berbagai macam penyakit hati hingga diterima oleh Tuhannya.
Amalan-Amalan khusus yang biasa dilakukan pada Bulan Muharram :

Disebutkan dalam kitab Nihayatuz-Zein Syekh Nawawi, sebagai berikut ;

وَنُقِلَ عَنْ بَعْضِ الأَفاَضِلَ أَنَّ الأَعْماَلَ فيِ يَوْمِ عاَشُوْرَاءَ اِثْناَ عَشَرَ عَمَلاً الصَّلاَةُ وَالأَوْلىَ أَنْ تَكُوْنَ صَلاَةُ التَّسْبِيْحِ وَالصَّوْمُ وَالصَّدَقَةُ وَالتَّوْسِعَةُ عَلَى العِياَلِ وَالاِغْتِساَلُ وَزِياَرَةُ العاَلِمِ الصَّالِحِ وَعِياَدَةُ المَرِيْضِ وَمَسْحُ رَأْسِ اليَتِيْمِ وَالاِكْتِحاَلُ وَتَقْلِيْمُ الأَظْفاَرِ وَقِرَاءَةُ سُوْرَةِ الإِخْلاَصِ أَلْفَ مَرَّةٍ وَصِلَّةُ الرَّحْمِ , وَقَدْ وَرَدَتْ الأَحاَدِيْثُ فيِ الصَّوْمِ وَالتَّوْسِعَةُ عَلَى العِياَلِ وَأَمّاَ غَيْرُهُماَ فَلَمْ يَرِدْ فيِ الأَحاَدِيْثِ (نهاية الزين - ص 196)

Dikutip dari sebagian Ulama besar, bahwa amal ibadah yang layak diperhatikan di 10 Muharram ada 12 :


1. Melaksanakan Shalat sunnah yang paling utama shalat Tasbih,

2. Melakukan Puasa Sunnah, berikut tanggal 9 Muharram-nya, dan paling utama 10 hari, dari tanggal  1  s/d 10 Muharram

3. Melakukan Sodaqoh,

4. Melakukan keleluasaan keluarga artinya menambah dana belanja, membelikan baju baru dll.

5. Melakukan Mandi Sunnah,

6. Melakukan kunjungan pada Alim Ulama yang soleh,

7. Menengok orang yang sedang sakit,

8. Mengusap kepala yatim, artinya memberi kasih sayang seperti dengan menyantuni mereka,

9. Memakai celak mata,

10. Menggunting kuku,

11. Membaca surat Al-Ikhlas seribu kali,

12. Melakukan silaturrahmi terutama kepada saudara dan keluarga, sama seperti pada hari raya.

Melakukan Puasa dan melakukan Keleluasaan keluarga adalah berdasar makna redaksi hadits yang sudah tersurat, sedang ibadah yang lainnya (seperti 12 ibadah yg disebutkan di atas) merupakan makna yang tersirat baik dari ayat -ayat Qur’an ataupun hadits-hadits.

(Nihayatuz-Zein, hal 196)

Bid’ah-Bid’ah di Bulan Muharram
 
Segala puji bagi Allah semata. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi terakhir yang tidak ada lagi nabi setelahnya.

Bid'ah Kesedihan Pada Rofidhah (Syi'ah)
Pada hari kesepuluh dari bulan Muharram, yang dikenal dengan Asyuro, Allah SWT memuliakan al-Husain bin Ali bin Abu Thalib (semoga Allah meridhoi keduanya) dengan kesyahidan, di tahun 61 H. Kesyahidannya merupakan salah satu yang menjadikan Allah SWT mengangkat kedudukannya dan meninggikan derajatnya. Dia dan saudaranya al-Hasan adalah dua pemimpin muda penghuni syurga. Kedudukan yang tinggi tidak didapat akan kecuali dengan cobaan, hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah SAW ketika ditanya, "Siapa orang yang paling berat cobaannya?" 
Beliau menjawab, 

الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الصَّالِحُونَ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ مِنَ النَّاسِ يُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ صَلاَبَةٌ زِيدَ فِى بَلاَئِهِ وَإِنَ كَانَ فِى دِينِه رِقَّةٌ خُفِّفَ عَنْهُ وَمَا يَزَالُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَمْشِىَ عَلَى ظَهْرِ الأَرْضِ لَيْسَ عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ

"Para nabi, kemudian orang-orang sholeh, kemudian yang semisalnya. Seseorang diuji sesuai kadar agamanya. Jika pada agamanya kuat, ditambahlah ujiannya. Jika pada agamanya ada kelemahan diringankan ujiannya. Ujian bagi seorang mukmin tidak akan berhenti hingga dia berjalan di muka bumi ini tanpa dosa."

Al-Hasan dan al-Husain (semoga Allah meridhoi keduanya) telah terlebih dulu memiliki kedudukan yang tinggi dari Allah SWT. Keduanya tidak mengalami cobaan seperti yang dialami generasi pertama. Keduanya dilahirkan di masa kejayaan Islam. Diasuh dalam kehormatan dan kemuliaan. Kaum muslimin menghormati dan memuliakan keduanya. Ketika Nabi wafat, keduanya masih kanak-kanak. Diantara nikmat Allah yang Dia berikan kepada keduanya adalah Allah berikan ujian dengan apa yang terjadi atas ahlulbaitnya  (keluarga Nabi). Sebagaimana orang yang lebih baik dari keduanya telah diuji. Ali Ibnu Abi Thalib RA (ayah dari al-Hasan dan al-Husain) lebih baik dari keduanya, dia mati syahid terbunuh.
Kematian al-Husain menyebabkan fitnah besar ditengah kaum muslimin. Sebagaimana terbunuhnya Utsman bin Affan ra adalah sebab terbesar berkobarnya fitnah. Umat menjadi tercabik-cabik hingga hari ini karenanya.
Ketika Abdurrahman bin Maljam membunuh Ali bin Abi Thalib ra, pemimpin kaum mukminin ketika itu, para sahabat Nabi membaiat al-Hasan, putra Ali, yang telah dikatakan oleh Nabi,

إِنَّ ابْنِي هَذَا سَيِّدٌ وَسَيُصْلِحُ اللهُ بِهِ بَيْنَ فِئَتَيْن عَظِيْمَتَيْن مِنَ اْلُمسْلِمِيْنَ

"Sesungguhnya anakku ini adalah sayyid, Allah akan menjadikannya pendamai dua kubu besar kaum muslimin yang saling berseteru."

Peristiwa itu mengakibatkan terjadinya keburukan ditengah manusia. Sehingga muncullah kelompok yang jahil lagi zalim, kelompok yang mulhid (kafir) lagi munafik atau dhoolah (sesat) lagi qhawiah (melampaui batas), menampakkan loyalitas kepada ahlulbait dan menjadikan hari Asyuro sebagai hari berkabung, kesedihan dan ratapan. Pada hari itu dinampakkan syi'ar jahiliah seperti menampar-nampar wajah, mencabik pakaian dan berbelasungkawa dengan cara jahiliah.

Apa yang mereka lakukan (pada hari asyuro) bukanlah hal yang wajib, tidak pula mustahabbah (disukai) menurut kesepakatan kaum muslimin. Perbuatan-perbuatan itu hanyalah ingin mengenang dan meratapi musibah masa lalu yang merupakan perbuatan yang diharamkan Allah SWT)
Perbuatan mereka itu menyelisihi syari'at Allah. Yang diperintahkan Allah dan rasul-Nya ketika tertimpa musibah (jika baru menimpa) adalah bersabar, mengembalikannya kepada Allah dan mengharap balasan pahala, sebagaimana yang Allah SWT firmankan,

"Dan kabarkanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun" . Mereka Itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka Itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. "

Sabdanya pula,

"Tidaklah seorang muslim apabila ditimpa musibah kemudian mengatakan,

إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ, اللهم أَجِرْنِي فِي مُصِيبَتِي وَأَخْلِفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا

[ Inna lillahi wa inna ilaihi rooji'un. Allahumma ajirni fii mushiibati wa akhlif li khairan minha ]

Artinya: 'Sesungguhnya segala sesuatu adalah milik Allah dan kepada-Nyalah ia berpulang. Ya Allah berilah ganjaran pahala atas musibah yang menimpaku dan gantilah untukku dengan yang lebih baik.'
Melainkan akan Allah ganjar dia (dengan pahala) atas musibah yang menimpanya dan digantikan dengan yang lebih baik."

Lalu bagaimana jika ditambah lagi dengan menzalimi mukmin lain, melaknat, mencela mereka, membantu pelaku perpecahan dan kekafiran mencapai maksud mereka merusak agama ini serta hal-hal lain yang tidak dapat dihitung selain oleh Allah SWT.


Bid'ah Kebahagiaan Pada WAHABI /AN-Nawashib.
Tidak ada kebencian terhadap keluarga suci Nabi Muhammad saw. yang ditampakkan kelompok yang mengaku Muslim melebihi kebencian kaum Nawâshib, baik al Bakriyyah al Utsmaniyyah maupun kaum Khawârij. Sejarah mencatat bahwa tidak sedikit dari mereka yang menyelinap di tengah-tengah umat Islam dengan menyembunyikan identitas mereka sesungguhnya, namun demikian kebusukan akidah dan jiwa mereka sulit mereka sembunyikan, sebab sepandai-pandai seorang menyembunyikan bangkai pasti suatu saat, cepat atau lambat akan tercium juga baunya! Kebusukan mental dan jiwa mereka akan tercium melalui kata-kata yang terlontar atau sikap sinis yang tampak dari mereka.
MEREKA(Wahabi) MENYEBARKAN KEKACAUAN AQIDAH DENGAN MENGATASNAMAKAN IMAM SYAFI’I 
perkataan ‘Ulama-‘Ulama mereka tidak begitu memperdulikan jalur periwayatan atau sanadnya, sehingga banyak sekali menyebar kekacauan Aqidah yang mengatasnamakan Imam Syafi,i, IMAM MALIK, Imam Ibnu Hanbal atau Imam Abu Khanifah?.
Mereka yang terkenal dalam dunia persilatan Internet dengan pedang bermata duanya “Bid’ah dan Syirik”  adalah yang di kenal dengan nama besar  Wahhabi – Salafy  memang lihay memainkan jurus kambing hitam dan taktik meminjam tenaga lawan dan langkah tipuan Dengan Membawa Nama Para Imam demi membela dan menyebarkan kekacauan aqidah tajsimnya, beberapa hal di antaranya tidak malu-malu menyebarkan dan berdusta dengan menyandarkan perkataan dari  Imam Syafi,i
Jadi jangan heran jika kelompok-kelompok mereka senantiasa mengadu domba kaum muslimin, dengan senjata andalan mereka “Bid’ah dan Syirik” nya,
dengan menampik dan mengingkari sebagian amalan-amalan mulia kaum salaf ahlussunnah wal jamaah, mereka mencaci pecinta Maulid, menuduh tanpa dasar “peziarah kubur” dengan ungkapan lewat pikiran dangkal mereka dengan “Penyembah Berhala”, tidak mengakui tawassul, istighosah, bahkan melaknat ajaran-ajaran thoriqah atau ilmu tasauf (metode pembersihan hati) dan mengingkari karomah para Aulia ilallah (Wali) dengan nada hasut,dengki dan iri mengatakan, itu hanya perbuatan sihir, tidak dilakukan oleh nabi, tidak ada dalilnya dll, yg keluar lewat pikiran-pikiran dangkal dan tak mendasar dan menganggap kebenaran hanya ada dalam pandangan ulama-ulama mereka saja dan tidak mau belajar dari ulama-ulama lain, Mereka menghidupkan manhaj kebencian. Mereka sangat memusuhi orang-orang di luar kelompoknya. Mereka mudah menuduh orang lain "ahli bid'ah", "bukan Salafiyah", "hizbi", "Sururi", "Ikhwani", dst.
Banyak manusia tertipu dengan seruan-seruan mereka.
Dikiranya, orang-orang itu mengajarkan manhaj Salafus Shalih, padahal sejatinya: mereka menghidupkan paham Khawarij, seburuk-buruk makhluk di kolong langit.
Istilah Salaf, manhaj Salafiyah, atau Dakwah Salaf, bukan dimanfaatkan untuk menyebarkan kebajikan sebanyak-banyaknya, tetapi dipakai untuk menyesatkan orang-orang lugu agar terjerumus bersama kesesatan mereka.
Mereka bermudah-mudah mengeluarkan manusia dari Manhaj Salafiyah, padahal Salafiyah adalah Islam itu sendiri.
Mereka menghalalkan penghinaan, celaan, membuka aib-aib, tahdzir, dan hajr kepada ahli bid'ah.
 ….begitu picik Pemikiran kelompok wahabi salafy….(anti mazhab)

Dalam banyak hadis, Nabi menyabdakan:

Imam Muslim dan lainnya meriwayatkan dari Zirr ibn Hubaisy, ia berkata, “Aku mendengar Ali as. bersabda:

وَ الذِي فَلَقَ الْحَبَّةَ و بَرَأَ النَّسَمَةَ إنَّهُ لَعَهْدُ النَّبِيِّ الأُمِّيْ أَنَّهُ : لاَ يُحِبُّنِيْ إلاَّ مُؤْمِنٌ ولاَ يُبْغِضُنِيْ إلا مُنافِقُ.

“Demi Dzat Yang membelah biji-bijian dan menciptakan makhluk bernyawa, ini adalah ketetapan Nabi yang Ummi kepadaku bahwa tiada mencintaiku kecuali mukmin dan tiada membenciku kecuali munafik.”[1]

Allah SWT akan membongkar kedok kemunafikan mereka melalui apa yang terlontar dari mulut-mulut mereka yang mencerminkan kebusukan hati mereka. Allah berfirman:

أَمْ حَسِبَ الَّذينَ في قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ أَنْ لَنْ يُخْرِجَ اللَّهُ أَضْغانَهُمْ * وَ لَوْ نَشاءُ لَأَرَيْناكَهُمْ فَلَعَرَفْتَهُمْ بِسيماهُمْ وَ لَتَعْرِفَنَّهُمْ في لَحْنِ الْقَوْلِ وَ اللَّهُ يَعْلَمُ أَعْمالَكُمْ.

“Atau apakah orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya mengira bahwa Allah tidak akan menampakkan kedengkian mereka.* Dan kalau Kami menghendaki, niscaya Kami tunjukkan mereka kepadamu sehingga kamu benar-benar dapat mengenal mereka dengan tanda-tandanya. Dan kamu benar-benar akan mengenal mereka dari kiasan-kiasan perkataan mereka dan Allah mengetahui perbuatan-perbuatan kamu.” (QS. Muhammad [47]:29-30)

Imam Jalaluddin as Suyuthi meriwayatkan dalam tafsir ad Durr al Mantsûr-nya [2] ketika menafsirkan ayat di atas beberapa hadis di antaranya:

Ibnu ‘Asâkir dan Ibnu Murdawaih meriwayatkan dari sahabat Abu Sa’id al Khudri ra. ia berkata tentang ayat:

وَ لَتَعْرِفَنَّهُمْ في لَحْنِ الْقَوْلِ

“Dan kamu benar-benar akan mengenal mereka dari kiasan-kiasan perkataan mereka”

Ia berkata: “Dengan kebenciannya kepada Ali ibn Abi Thalib.”

Dan kaum munafik adalah penghuni tetap neraka Jahannam.

Allah berfirman:

إِنَّ الْمُنافِقينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَ لَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصيراً إِلاَّ الَّذينَ تابُوا وَ أَصْلَحُوا وَ اعْتَصَمُوا بِاللَّهِ وَ أَخْلَصُوا دينَهُمْ لِلَّهِ فَأُولئِكَ مَعَ الْمُؤْمِنينَ وَ سَوْفَ يُؤْتِ اللَّهُ الْمُؤْمِنينَ أَجْراً عَظيماً.

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka.* Kecuali orang-orang yang tobat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar.” (QS. An Nisâ’[4]:145-146)


AMALAN BULAN MUHARROM

Puasa bulan Muharrom adalah paling bagusnya puasa setelah Romadhon. Oleh karena itu di sunnahkan memperbanyak puasa di dalamnya.

Dalam Hadits di sebutkan, 
"Siapa yang puasa di akhir bulan Dzulhijjah dan hari pertama di bulan Muharrom Allah SWT jadikan sebagai kafaro (penebus) 50 tahun dan sehari puasa di bulan muharrom seperti puasa 30 hari."

Imam Ghozali menyebutkan dalam kitabnya, "Ihya 'Ulumuddin" hadist dari Nabi SAW: 
"Siapa yang puasa 3 hari (hari Kamis, Jum'at, Sabtu) di bulan Muharrom Allah SWT tulis bagaikan orang yang beribadah 700 tahun."

Para salaf di kota Tarim Hadramaud sangat menjaga dan menghimbau memperbanyak puasa di bulan Muharrom terutama pada hari pertama. Hari ke sembilan dan ke sepuluh..

Beberapa Dzikir di Bulan Muharrom

al-Habib Ahmad bin Hasan al-'Atthos : Sebaiknya bagi seseorang pada hari pertama di bulan Muharrom membaca ayat kursi 360x dengan di sertai Bismillah (dalam setiap kali membaca ayat kursi )
Karna dikatakan memiliki banyak keutamaan. Di antaranya dapat menjaganya dari syaithon dalam setahun.

Sayyid Ahmad Zaini Dahlan juga beberapa ulama seperti Syekh Karimuddin al-Kholuti: "Siapa yang membaca ayat Kursi di sertai Bismillah di setiap membacanya sebanyak 360x dan di akhiri dgn doa,

اللهم يا محول الأحوال حول حالنا إلى أحسن الأحوال
بحولك و قوتك ياعزيز يا متعال وصل الله تعالى على سيدنا محمد و على آله و صحبه و سلم

allahumma ya muhawwilil ahwal hawwil hali ila ahsanil ahwal bihaulika wa quwwatika ya aziz yg muta'aal wasollollahu ta'ala ala sydna muhammadin wa 'ala alihi wasohbii wasallam.

Doa ini sebagai benteng & tameng kita dalam setahun dari musibah & syaithon dan sebagainya.

FAEDAH

Sangat mujarrob di kitab "Na'tul Bidayat" di jelaskan,

  • Siapa yang menulis {بسم الله الرحمٰن الرحيم} di awal tahun (Muharrom) sebnyak 113x maka dia dan keluarganya tidak akan tertimpa segala apa-apa yang dia benci (dari musibah atau yang lainnya )
  • Siapa yg menulis  الرحمٰن   
50x maka akan di jaga dari penguasa yang dholim atau kejam.

AMALAN 10 MUHARROM

من الاعمال المطلوبه في يوم عاشوراء

beberapa Amalan yang di himbau di hari asyuro

١. قرائة الاخلاص الف مره من قالها نظر الله اليه. ومن نظرالله اليه لم يعذبه ابدا.

1. Membaca Surat al-Ikhlas 1000 kali. Fadhilahnya Allah akan selalu memandangnya. Barangsiapa yang di pandang Alloh ( di rohmati) maka tidak akan di siksa.

٢. قرائة هذه الكلمات (حسبنا الله ونعم الوكيل .نعم الولى ونعم النصير 70 مره. من قالها امن من الافات تلك السنه

2. Membaca kalimah
70 kali حسبنا الله ونعم الوكيل .نعم المولى ونعم النصير
Fadhilahnya akan jauh dari bencana di tahun itu.

٣. صلاة الضحى 4 ركعات يقرا في كل ركعة 50 من الاخلاص. من عملها كان محفوظا طول السنين

3. Sholat dhuha 4 rokaat. Setiap rokaat baca surat al-Ikhlas 50 kali.
Fadhilahnya akan terjaga dirinya sepanjang tahun...

Semoga Allah Swt memberi kekuatan untuk menjalankan amalan amalan di atas.

Semoga bermanfaat

abdkadiralhamid@2013

Subscribe to receive free email updates:

2 Responses to "Sikap Kaum Salaf Ba Alawi dalam menghadapi Bulan Muharram"

Silahkan komentar yg positip