//

SEBEGITU PENTINGKAH NASAB?





SEBEGITU PENTINGKAH NASAB?


Bag. Nasab Rabithah Alawiayah pekalongan, tengah mendata populasi warga
Bag. Nasab Rabithah Alawiayah Pekalongan, tengah mendata populasi warga


Dalam islam pengetahuan tentang nasab bukan merupakan suatu kewajiban, tetapi memiliki kedudukan yang mulia.
Nasab secara etimologi berarti al qorobah (kerabat), kerabat dinamakan nasab kerana antara dua kata tersebut ada hubungan dan keterkaitan. Berasal dari frasa “nisbatuhu ilaa abiihi nasaban” (nasabnya kepada ayahnya), Ibnus Sikit berkata,”Nasab itu dari sisi ayah dan juga ibu.” Sementara sebahagian ahli bahasa mengatakan, “Nasab itu khusus pada ayah, artinya seseorang dinasabkan kepada ayahnya saja dan tidak dinasabkan kepada ibu kecuali dalam keadaan luar biasa.

Beberapa peneliti kontemporer berusaha memberikan takrifan nasab dengan makna khusus yaitu kekerabatan dari jalur ayah karena manusia hanya dinasabkan kepada ayahnya saja. (al Bashmah al Warotsiyah hal 2)
(Wikipedia)
Pentingkah sebuah nasab? bukankah Allah melihat seseorang berdasarkan ketakwaannya? Bukankah dengan kita memandang nasab terus-menerus berarti kita kembali ke masa jahiliah? apa manfaatnya belajar ilmu ini? begitulah kata kata yang sering terdengar yang berkaitan dengan nasab atau silsilah seseorang, baik secara langsung maupun tidak langsung yang diucapkan oleh orang-orang yang memandang nasab berdasarkan pola pikirnya.
Pertanyaan diatas yang sering kita hadapi dalam keseharian dapat ditangkis dengan mengetahui makna nasab diharapkan seseorang menjadikan nasab sebagai bagian dari tauladan dalam hidup.
Sejarah pencatatatan nasab keluarga besar quraish telah dilakukan oleh Sayyidina Umar bin Khatab dan terus berlanjut sampai sekarang. Sayyidina Abu Bakar, beliau kalau ditanya sebuah nasab, beliau  akan menjelaskan secara detail nasab yang disebut. Apakah berarti kedua sahabat Rasul ini menyimpang?
Ilmu Nasab, ilmu yang tidak semua orang bisa memahaminya, bahkan beberapa ulama ahli nasab, menyarankan agar jika ingin bicara nasab jangan di forum terbuka atau didepan masyarakat umum, Sebab, Ilmu nasab adalah ilmu yang sulit dicerna, jangankan orang awam, para akademisipun  akan sulit menghadapi.
Ilmu nasab sarat dengan kriteria yang tidak semua orang bisa memahaminya akan tetapi secara ilmiah sebenarnya ilmu ini dapat dipertanggungjawabkan. Ilmu nasab itu identik dengan logika sejarah, identik dengan sistematika pencatatan, identik dengan sistem dokumentasi, identik dengan adat-istiadat dan lain-lain. Oleh karena itu belajar ilmu nasab itu tidak boleh sembarangan.
Sering kita dengar ulama ahli nasab yang sangat faham tentang ilmu ini menjadi sasaran pelecehan bagi mereka yang tidak faham tentang ilmu nasab, baik melalui situs maupun dalam kehidupan langsung,
(Ilustrasi)
(Ilustrasi)
Mereka yang tidak senang sering bicara seenaknya dengan mengatakan bahwa pada prinsipnya ilmu nasab itu tidak penting/tidak bermanfaat, karena ketika di akhirat atau dikubur yang ditanya hanyalah amal ibadah, sebuah logika yang benar menurut dia namun belum tentu buat orang orang yang belajar ilmu nasab, karena urusan nasab bukanlah hanya mengurusi garis keturunan saja, karena kelak nantinya urusan nasab akan berkaitan pula dengan hukum-hukum syara. bukan tidak mungkin hal-hal yang yang bersifat syara bisa dia langgar karena ketidaktahuan dirinya akan nasab, padahal nasab sangat jelas berkaitan dengan hukum-hukum syara
Sebagaimana firman dalam surat al-Furqan ayat 54 :

وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ مِنَ الْمَاءِ بَشَرًا فَجَعَلَهُ نَسَبًا وَصِهْرًا ۗ وَكَانَ رَبُّكَ

“Dan dia pula yang menciptakan manusia dari air, lalu dia jadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah (hubungan kekeluargaan yang berasal dari perkawinan) dan adalah tuhanmu yang maha kuasa.”
Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa nasab merupakan suatu nikmat yang berasal dari Allah. Hal ini dipahami dari lafaz “fa ja‘alahu nasabaa.” Dan perlu diketahui bahwasanya nasab juga merupakan salah satu dari lima maqasid al-syariah (suatu kandungan nilai yang menjadi tujuan pemberlakuan suatu hukum), misalnya, Islam telah mengharamkan untuk menyebut nama ayah angkat di belakang nama seseorang. Allah SWT telah menegaskan di dalam Al-Quran keharaman hal ini :

ادْعُوهُمْ لِآَبَائِهِمْ هُوَ أَقْسَطُ عِنْدَ اللَّهِ فَإِنْ لَمْ تَعْلَمُوا آَبَاءَهُمْ فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّينِ وَمَوَالِيكُمْ وَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ فِيمَا أَخْطَأْتُمْ بِهِ وَلَكِنْ مَا تَعَمَّدَتْ قُلُوبُكُمْ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

“Panggilah mereka dengan nama bapak-bapak mereka; itulah yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, maka saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu. Dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang kamu khilaf padanya, tetapi apa yang disengaja oleh hatimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab :5)

Diriwayatkan oleh Asakir bin Abdullah bin Abbas, Rasulullah SAW bersabda; Aku adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdui Manaf bin Qusay bin Qilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr bin Malik (bin Al-Nadhir) bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah, bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ah bin Adnan

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA,
Rasulullah SAW bersabda; Pelajarilah silsilah nasab kalian, agar kalian mengenali tali darah kalian, sebab menyambung tali darah dapat menambah kasih sayang dalam keluarga, menambah harta dan dapat menambah usia.

Dilain riwayat dikatakan bahwa mengetahui nasab diri bukanlah suatu kesombongan, akan tetapi hal itu merupakan isyarat kepada nikmat Allah SWT, sebagai Tahadduts bin Al nikmah.
Sedangkan imam ibnu Hazm berpendapat bahwa mempelajari ilmu nasab adalah Fardhu Kifayah.
Abu Muhammad bin Ali bin Ahmad bin Said Al-Andalus didalam buku SEJARAH SILSILAH DAN GELAR KETURUNAN NABI MUHAMMAD SAW oleh Idrus Alwi Al-Masyhur Halaman 2, Penerbit Saraz Publishing Tahun 2010, mengatakan:


“Bahwa pendapat sebagian manusia yang mengatakan ilmu nasab tidak bermanfaat dan tidak mengetahui ilmu nasab tidak membahayakan adalah pendapat yang batil!”. menurut beliau Ilmu Nasab itu adalah ilmu yang agung dan wajib bagi manusia untuk mempelajarinya.

Diriwayatkan oleh Ahmad dan Al-Hakim dalam sahihnya, dan Al-Baihaqi dan Tabarani dalam kitab Al-Kabir :
Dari Abi Said Al-Khudri r.a. katanya: Aku mendengar Rasulullah s.a.w berkhutbah di atas mimbar:
مَ بَالُ أَقْوَامٍ يَقُوْلُوْنَ: إِنَّ رَحْمَ رَسُوْلِ اللهِ لاَ تَنْفَعُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ. بَلَى. إِنَّ رَحْمِيْ مَوْصُوْلَةٌ فِى الدُّنْيَا وَاْلأَخِرَةِ

"Mengapa masih ada sebilangan kaum yang mengatakan bahawa tali kekeluargaan Rasulullah s.a.w (nasab) tidak menguntungkan kaumnya pada hari kiamat. Sungguh demi Allah bahawasanya tali kekeluargaan akan tetap tersambung di dunia mahupun di akhirat. Wahai sekelian manusia! Sesungguhnya aku akan mendahului kamu sampai di Telaga Haudh"....


 
Ini menampik pandangan2 yg berusaha mematikan "semangat" penjaga nasab dgn sentilan2 Nasab tdk perlu dijaga, nasab tdk menyelamatkan dengan mencoba mengambil hikmahnya dgn brusaha sekuat tenaga mengikuti ajaran salaf dan menghindari sikap sombong.


Dari Imam Ali, bahawasanya Rasulullah SAW bersabda: 
"Barangsiapa mengaku nasab selain ayahnya dan membanggakan dirinya kepada selain walinya (garis keturunannya) maka baginya laknat dari Allah, Malaikat dan sekalian manusia, Allah SWT tidak akan menerima adanya penggantian atau pertukaran nasab secara sembarang dan serampangan darinya". (Muttafaqun Alaih).


Pada dasarnya jika mendengar Maraknya dan semakin brani org2 ngaku2 keturunan nabi tanpa mengetahui PERSIS "keabsahan"kesinambungan silsilahnya dan TIDAK MAU TAU, dan banyaknya kasus2 Pernikahan TIDAK SEKUFU antara syarifah dgn bukan sayyid tanpa melihat konsekuensinya, itu sangat JELAS akan merusak Kemurnian NASAB RASULULLAH secara KESELURUHAN, padahal banyak DALIL2 yg mewajibkan kita menjaga NASAB ini.

 
Kepada saudara yang berketurunan alawiyyin, Sesungguhnya keluhuran nasab anda yang diperoleh dengan pertalian hubungan sampai kepada Rasulullah Muhammad SAW melalui Sayyidatuna Fathimah Azzahra dan Imam Ali Almurtadha yang telah diangkat martabat kedudukannya oleh Allah SWT, Hendaknya menjadikan Anda untuk selalu tetap menauladani dan mengikuti kepribadian mereka, berakhlaq seperti mereka, berpegang teguh dengan tuntunan serta ajaran mereka dan mengikuti jejak teladan imam mereka, sehingga semoga anda menjadi generasi penerus yang baik dari generasi pendahulu yang luhur.

Bahwa nasab  ini menuntut Anda agar :
1.    Meninggalkan nafsu keangkuhan dan bangga diri.
2.    Menjadikan sikap taqwa sebagai bekal hidup.
3.    Menjadikan Al-Qur’an sebagai imam.
4.    Menjadikan para Shalihin sebagai pimpinan.
Belajar ilmu nasab itu pada dasarnya dalam agama Islam justru malah dianjurkan, Allah dan Rasulnya bahkan memerintahkan agar kita belajar ilmu yang satu ini, jika tidak bermanfaat sudah tentu Rasulullah SAW pun akan melarang. Firman Allah telah mengisyaratkan kearah ilmu yang satu dengan yaitu:
"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seseorang laki-laki dan perempuan, dan Kami jadikan kalian bersuku-suku dan berbangsa-bangsa, supaya kamu mengenal satu sama lain. Sesungguhnya yang paling mulai di sisi Allah ialah orang yang bertakwa"
Diriwayatkan oleh Ibnu Asakir dari Abdullah bin Abbad, Rasulullah SAW bersabda; Aku Adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qusai bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr (Quraish) bin Malik (bin Al-Nadhir) bin Kinanah bin Khuzaemah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin NIzar bin MA'ah bin Adnan

Dirwayatkan oleh Al-Hakim dari Sa'ad: "ketika aku bertanya kepada Rasulullah SAW, siapakah aku ini Ya Rasulullah SAW?" Beliau menjawab: "Engkau adalah Sa'ad bin Malik Wuhaib bin Abdu Manaf bin Zuhrah"

Diriwayatkan dari Rasulullah SAW: "Pelajarilah silsilah nasab kalian agar kalian mengenali hubungan darah kalian.. "
Diriwayatkan dari Rasulullah SAW:

"Telah Kafir bagi siapa saja yang berlepas diri dari urusan nasab jika hal tersebut samar-samar. Dan telah kafir bagi siapa saja yang menyambungkan nasab kepada nasab yang tidak diketahuinya... "

Berkata Umar bin Khatab: "Pelajarilah silsilah nasab kalian, janganlah seperti Kaum Nabat hitam jika salah satu diantara mereka ditanya darimana asalnya, maka ia akan berkata dari desa ini.... "

Menurut Imam Al-Halimi, Hadits-hadits yang telah disebutkan ini menjelaskan tentang arti pertalian nasab seseorang sampai kepada leluhurnya, dan apa yang dikatakan Nabi Muhammad SAW tentang nasab tersebut bukanlah suatu kesombongan atau kecongkakan, sebaliknya hal tersebut dimaksudkan untuk mengetahui kedudukan dan martabat mereka.
Dilain riwayat dikatakan bahwa itu bukan suatu kesombongan akan tetapi hal itu merupakan isyarat kepada Ni'mat Allah SWT, yaitu sebagai tempat TAHADDUTS BI AL-NI'MAH. Sedangkan Imamn Ibnu Hazm berpendapat bahwa mempelajari ilmu nasab adalah fardhu kifayah.
Pengarang Kitab Al-Iqdu Al-Farid Abdul Rabbih berkata: "Siapa yang tidak mengenal silsilah nasabnya berarti ia tidak mengenal manusia, maka siapa yang tidak mengenal manusia tidak pantas baginya kembali kepada manusia..
Dalam Mukadimah Al-Ansab, Al-Sam'ani berkata: "Dan ilmu silsilah nasab merupakan ni'mah yang besar dari AllahSWT, yang karena hal itu ALLAH SWT memberikan kemuliaan kepada hambanya. Karena dengan ilmu silsilah mempermudah untuk menentukan nasab-nasab yang terpisah-pisah dalam bentuk kabilah-kabilah dan kelompok-kelompok, sehingga dengan ilmu silsilah nasab menjadi sebab yang memudahkan penyatuan tersebut.


Abu Dzar Al-Ghiffari, Rasulullah SAW bersabda;
"Tidaklah seseorang yang mengaku bernasab kepada lelaki yang bukan ayahnya, sedangkan ia mengetahuinya, maka ia adalah kafir. Dan siapa yang mengaku bernasab kepada suatu kaum yang bukan kaumnya, maka bersiaplah untuk mengambil tempat duduknya di neraka

Dalam kitab Nihayah Al-Arab, Syekh Al-Qalqasyandi berkata: "Bukan Rahasia lagi bahwa mempelajari ilmu nasab, ada hal yang dianjurkan bagi setiap orang. Misalnya mengenali nasab Nabi kita, mengenali nasab nasab orang lain, dan agar tidak salah dalam memberlakukan hukum waris, wakaf maupun diyat. seseorang yang tidak mempelajari ilmu nasab, sudah pasti ia akan bertindak terutama dalam hal hal yang berkaitan dengan masalah-masalah di atas.."
 

Dari Said bin Abi Waqqas, Rasulullah SAW bersabda; 'Siapa yang mengaku bernasab kepada yang bukan ayahnya di dalam Islam, sedangkan ia mengetahui bahwa itu bukan ayahnya, maka surga haram baginya".
 

Dengan demikian jelaslah bahwa ilmu nasab adalah suatu ilmu yang agung yang berkaitan dengan hukum hukum syara.
Silakan saja berpendapat bahwa ilmu nasab tidak penting dan tidak memberikan manfaat, maka sesungguhnya mereka yang berkata seperti ini pada dasarnya telah menghukum diri mereka sendiri dengan pendapatnya.
ketika seseorang bicara nasab, tidak boleh ia berdasarkan pendapat pribadi atau nafsu belaka, apalagi tanpa didasari ilmu agama yang cukup, bicara nasab itu bukan hanya urusan garis keturunan belaka, tapi banyak hal yang nantinya terkait dalam kehidupan kita, karena ini sudah masuk ranah syara, karena bila bicara nasab maka kita akan bicara banyak hal seperti yang telah digambarkan pada salah satu dalil di atas, contoh masalah waris mewaris atau status hukum seorang anak.
Kalau mereka beralasan bahwa pendapat itu karena melihat banyak orang yang bernasab mulia tapi kelakuannya bejat, ya jangan dipukul rata dong, apakah itu mewakili keluarga besar yang lain, sangat tidak arif ketika kita memukul rata nasab hanya karena perbuatan seorang oknum, masak hanya karena nila setitik rusak susu sebelanga. nila setitik itu bukan gambaran utuh sebuah nasab keluarga, justru kalau kita tahu bahwa oknum itu berasal dari nasab yang mulia, ya harus kita sadarkan, itu bukti kalau kita faham tentang kebenaran, bukan malah membiarkan orang yang punya nasab mulia makin tersesat.
Saya sebenarnya kasihan jika ada orang yang berpendapat bahwa nasab dan silsilah itu tidak penting, karena apa, artinya bila ia meremehkan hal-hal yang berkaitan dengan ilmu nasab maka bukan tidak mungkin hal-hal yang yang bersifat syara bisa dia langgar karena ketidaktahuan dirinya akan nasab, padahal nasab sangat jelas berkaitan dengan hukum-hukum syara.


Menjaga Hak Keturunan Rasulullah saw 
Allah berfirman :

أم يحسدون الناس على ما أتاهم الله من فضله


Artinya : "Adakah mereka merasa iri hati terhadap orang-orang yang telah diberi karunia (fadhel) oleh Allah.". (QS. An-Nisa : 54)

Itulah keutamaan dan keistimewaan yang Allah berikan kepada keturunan Siti Fathimah ra.

ذلك فضل الله يؤتيه من يشاء والله ذو الفضل العظيم

Artinya : "Demikianlah karunia Allah, diberikannya kepada siapa yang dikehendakinya dan Allah mempunyai karunia (fadhel) yang besar.". (QS. Al-Jumuah : 4


Rasulullah saw, sebagaimana hadits beliau yang diriwayatkan oleh Thabrani, Al-Hakim dan Rafi’i :

“… maka mereka itu keturunanku diciptakan (oleh Allah) dari darah dagingku dan dikaruniai pengertian serta pengetahuanku. Celakalah (neraka wail) bagi orang dari ummatku yang mendustakan keutamaan mereka dan memutuskan hubunganku dari mereka. Kepada mereka itu Allah tidak akan menurunkan syafa’atku .”
Sebagaimana hal itu disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Adi’ dan Al-Baihaqi dalam Syu’ab Al-Iman meriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda :
‘Barangsiapa tidak mengenal hak keturunanku dan Ansharnya, maka ia salah satu dari tiga golongan : Munafiq, atau anak haram atau anak dari hasil tidak suci, yaitu dikandung oleh ibunya dalam keadaan haidh‘.


Masihkah anda meremehkan hal yang satu ini ?

Wallahu A'lam Bisshowab.



2013@abdkadiralhamid

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "SEBEGITU PENTINGKAH NASAB? "

Post a Comment

Silahkan komentar yg positip