//

Intisari Wudhu dari Kifayat Al Raghib



Intisari pelajaran berwudhu' yang diberikan Sayyidi Al Habib Umar Bin Hafidz

Aturan dan Etika Bersuci. 

Habib Umar membahas kitab 'Kifayat Al Raghib' susunan Habib Abdullah bin Husain Balfaqih kajian ilmu fiqh madzhab Shafi`i.:

Wawasan Pemurnian Air dan Kotoran

Ketika air terkontaminasi dengan zat lain (yang menyebabkan air itu berwarna atau berbau) atau terbawa sifat dari zat yang dicampuri, akan menyebabkan air itu tidak lagi cocok untuk digunakan untuk bersuci (berwudhu'). Bila dicampur dengan zat yang tidak murni (najis) air menjadi tidak suci. Demikian juga kita harus berhati-hati dengan siapa kita bergaul, sehingga kita tidak mengambil adab negatif dan kehilangan kemurnian diri.

air yang sedikit dengan mudah menjadi tidak suci, tapi ketika lebih banyak air ditambahkan ke dalamnya sampai mencapai jumlah yang besar, maka air tersebut menjadi suci dan dapat digunakan untuk bersuci. Dengan alasan yang sama, Islam mendorong kita ibadah (sholat) berjamaah. Ketika ada diantara kita yang sholat atau hatinya ternoda (tidak khusu' dll) bisa tertolong tersucikan oleh sebagian yang lain..sehingga kemungkinan doa (sholatnya) diterima lebih besar..

 

Cahaya Wudhu
 
''Kata wudhu' memiliki arti keindahan, cahaya dan kebersihan.
Ketika Anda melakukan wudhu, air membilas membersihkan dosamu.

Wudhu', Sholat, majlis ilmu, berdzikir menyebut nama Allah dan bersadaqah adalah amalan yang dapat menghapus berbagai jenis kesalahan / Dosa. Itulah sebabnya mengapa kita harus melakukan bermacam macam ibadah dengan maksud agar semua jenis dosa yang juga bermacam macam bisa ikut terhapus.
Ummat terdahulu dan para nabi sebelumnya juga berwudhu, meskipun mungkin metode atau caranya sedikit berbeda dari cara kita berwudhu',
Yang unik dan istimewa untuk umat kita, adalah bahwa pada hari kiamat anggota tubuh akan terlihat berbeda dari ummat ummat lain karena ada cahaya di wajah dan anggota tubuh kita dari jejak / bekas wudhu'.

Bagi kita yang selalu berwudhu' atau selalu menjaga wudhu' anggota badan yang dibasuh air akan memiliki cahaya abadi pada hari kiamat.
Kita yang hanya kadang-kadang berwudhu' akan memiliki cahaya yang kadang muncul dan menghilang.
Sangat disayangkan jika kita membuang kesempatan kita dalam kehidupan ini untuk mendapatkan cahaya itu.
Membilas tangan
"Ketika melakukan wudhu" adalah wajib untuk benar-benar membilas tangan kita dari ujung jari sampai dengan siku Anda.
Untuk memastikan bahwa kita telah melakukan ini dengan sempurna, tak ada salahnya jika kita membilas hingga diatas siku, ketika melakukan wudhu', Sayyidina Abu Hurairah RA, membasuh tangannya hingga hampir mencapai bahunya, begitu pula saat mencuci kakinya, beliau membasuh hingga melewati pergelangan kakinya,
Semua hal yang dilakukan untuk memenuhi suatu kewajiban adalah termasuk wajib.
Ketika Anda membasuh tangan dalam berwudhu', dosa-dosa yang telah Anda lakukan dengan tangan Anda terhapus menghilang dengan tetes terakhir air yang mengalir dari lengan yang dibasuh.
Sebagian besar gerakan manusia banyak dilakukan oleh tangannya. Inilah sebabnya mengapa Allah berfirman:


وما أصابكم من مصيبة فبما كسبت أيديكم ويعفو عن كثير


Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).Ash-Shura (42:30)

Tindakan kita selalu dikaitkan dengan tangan kita, meskipun telinga, mata, kaki dan bagian tubuh lainnya juga ikut terlibat.
Pada hari kiamat, catatan kitab amalan kita akan diserahkan melalui tangan kita. Mereka yang taat akan menerima kitabnya di tangan kanan mereka, dan mereka yang tidak taat atau orang-orang kafir akan menerima kitab di tangan kiri mereka dan beberapa akan menerima kitab di belakang punggung mereka.
Jadi berhati-hatilah menggunakan tangan Anda untuk menaati Allah".


 

Membasuh Wajah
 
''Adalah wajib untuk benar-benar membasuh wajah Anda saat Anda melakukan wudhu. (Untuk membasuh muka berarti membasuh hingga di atas garis rambut, juga membasuh telinga dan leher, tengkuk).
Nabi ﷺ bersabda: "Barangsiapa yang mampu membasuh wajahnya lebih (jika air mencukupi) itu lebih baik.
Kita terus-menerus membersihkan dan mencuci wajah kita agar terlihat indah dalam pandangan manusia lain, apakah kita juga membasuh muka yang kita hadirkan ketika menghadap Allah? (Adakah Allah dihatimu?),
Wajah seseorang pada kenyataannya adalah cerminan keadaan batin mereka dan arah di mana hati mereka difokuskan. Untuk alasan ini kita ucapkan saat memasuki sholat: "sungguh aku memalingkan wajah-ku kepada-Nya yang menciptakan langit dan bumi." (Inni wajjahtu wajhiya lilladzii fatharas samaawaati wal-ardha)


Yang dimaksud adalah bahwa kita mengarahkan hati dan fokus hanya kepada-Nya. Kita mengarahkan wajah ke arah Ka`bah tapi mengarahkan hati Anda hanya kepada Allah.
Kebenaran atau kesalehan seseorang dapat terlihat dirinya dalam bentuk cahaya di wajah mereka dalam kehidupan ini. Namun, hanya pada hari kiamatlah cahaya muka mereka bisa terlihat jelas..
Allah berfirman:


وجوه يومئذ مسفرة
ضاحكة مستبشرة
ووجوه يومئذ عليها غبرة
ترهقها قترة
 

Banyak muka pada hari itu berseri-seri,
tertawa dan bergembira ria, dan banyak (pula) muka pada hari itu tertutup debu dan ditutup lagi oleh kegelapan.
(Abasa,38-41).



Membasuh Kaki

 
Adalah wajib untuk benar-benar mencuci kaki dari ujung jari kaki sampai dengan mata kaki. Untuk memastikan Anda telah melakukan ini, Anda juga harus mencuci sedikit di atas pergelangan kaki Anda, semua tindakan yg diperlukan untuk memenuhi kewajiban adalah wajib.
Nabi ﷺ pernah melihat bahwa beberapa sahabat telah lalai untuk mencuci tumit mereka, sehingga ia berseru dengan suara keras: "Celakalah tumit tumit dari neraka!"
Setiap langkah kaki yang Anda jalani dicatat: jika Anda berjalan untuk melakukan suatu tindakan ketaatan / kebaikan,Anda akan dihargai dengan perbuatan baik untuk setiap langkah yang Anda ambil, Anda akan mengangkat / menambah satu derajat dan salah satu dari perbuatan buruk Anda untuk dihapus.
Dari Kisah Sayyiduna `Urwah bin Mas` ud (RadhiAllahu Anhu) bahwa kakinya harus diamputasi.Beliau disarankan untuk mengambil sesuatu jenis pembius sehingga ia tidak sadar dan merasakan sakit saat kakinya dipotong, tapi ia menolak. dia mengatakan: "aku tidak akan mengambil sesuatu yang akan mencegahku merenungi kebesaran Tuhan ku, meski untuk sesaat".
beliau meminta mereka (tabib) untuk memotong kakinya saat beliau sedang Sholat, dan itu dilaksanakan, itulah keadaan beliau yang begitu khusu' sewaktu sholat sehingga tidak merasakan sakit sama sekali ketika di amputasi.
Selesai Sholat beliau melihat kakinya telah terpotong dan beliau berdoa,: "Ya Allah, Engkau Maha Tahu bahwa sejak aku menjadi seorang Muslim, aku belum pernah menggunakan kaki ini untuk berjalan melakukan tindakan ketidaktaatan (maksiat). Ya Allah, Engkau memberkati ku dengan dua kaki. Sekarang Engkau telah mengambil satu dan meninggalkan aku yang lain. Semua pujian dan terima kasih kepada Mu untuk apapun yang telah Engkau tinggalkan pada diriku"..
Jika kaki Kita teguh pada jalan yang lurus dalam hidup ini, kaki ini akan teguh saat menyebrangi syiratal mustaqim di akhirat nanti. Hal ini telah dikatakan bahwa kecepatan di mana Kita melewati Syiratal mustaqim tergantung seberapa cepat kita menolak pemikiran ketidaktaatan (maksiat) yang masuk ke pikiran Kita. Hal ini karena tindakan ketidaktaatan adalah seperti api, sehingga semakin cepat Anda menolak mereka semakin cepat Anda akan melewati Api pada hari kiamat".

"Ya Allah, maafkan dan ampuni kesalahan kami dan janganlah menghukumi kami pada hari itu karena dosa-dosa kami".
Allahumma Sholli alaa Sayyidina Muhammad wa alaa aali Sayyidina Muhammad.


abdkadiralhamid@2015

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Intisari Wudhu dari Kifayat Al Raghib"

Post a Comment

Silahkan komentar yg positip