//

RUKUN SHALAT (BAG. 6) : BERSHALAWAT, MENGUCAPKAN SALAM, DAN TERTIB

KAJIAN FIKIH MAZHAB SYAFII — FIKIH SHALAT

RUKUN SHALAT (BAGIAN KE-6)
RUKUN KESEBELAS : BERSHALAWAT KEPADA NABI SAW
Membaca shalawat adalah diwajibkan dalam duduk tahiyat yang diikuti salam. Waktu membacanya adalah setelah membaca tasyahud. Kewajiban membaca shalawat didasarkan pada perintah Allah SWT dalam ayat:

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (Al-aAhzâb: 56).

Ayat ini adalah perintah yang bermakna wajib. Sementara para ulama berijmak bahwa bershalawat tidak wajib di luar shalat sehingga kewajiban bershalawat adalah ketika melaksanan shalat.
Dan diriwayatkan dari Abu Mas’ud –Uqbah bin Amr– RA, ia bertanya: “Bagaimana cara kami mengucapkan salam kepadamu dalam shalat kami?” Nabi SAW menjawab:

قُوْلُوْا: اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ اْلأُمِّيِّ … ـ
“Katakan: ALLAHUMMA SHALLI ‘ALÂ MUHAMMADININ NABIYYIL UMMIYYI…. (Ya Allah, sampaikanlah shalawat kepada Muhammad nabi yang ummi…). (HR. Ibnu Hibban, Hakim, Daruqutni, dan lainnya).

Bacaan minimal untuk shalawat adalah:

اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ
(ALLAHUMMA SHALLI ‘ALÂ MUHAMMAD)
“Ya Allah, sampaikanlah shalawat kepada Muhammad.”

Bacaan yang lengkap adalah:

اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ النَّبِيِّ اْلأُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ النَّبِيِّ اْلأُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَّجِيْدٌ

(ALLAHUMMA SHALLI ‘ALÂ MUHAMMAD ‘ABDIKA WA RASÛLIKAN NABIYYIL UMMIYYI, WA ‘ALÂ ÂLIHI WA AZWÂJIHI WA DZURRIYYATIH, KAMÂ SHALLAYTA ‘ALÂ SAYYIDINÂ IBRÂHÎMA WA ‘ALÂ SAYYIDINÂ IBRÂHÎM, WA BÂRIK ‘ALÂ SAYYIDINA MUHAMMADIN ‘ABDIKA WA RASÛLIKAN NABIYYIL UMMIYYI, WA ‘ALÂ ÂLIHI WA AZWÂJIHI WA DZURRIYYATIH, KAMÂ BÂRAKTA ‘ALÂ SAYYIDINÂ IBRÂHÎMA WA ‘ALÂ SAYYIDINÂ IBRÂHÎM. FIL ‘ÂLAMÎNA INNAKA HAMÎDUN MAJÎD)

“Ya Allah, sampaikanlah shalawat kepada penghulu kami Muhammad, hamba-Mu dan rasul-Mu, nabi yang ummi, dan kepada keluarganya, para isterinya serta keturunannya. Sebagaimana Engkau memberikan shalawat kepada penghulu kami Ibrahim dan kepada keluarga penghulu kami Ibrahim. Dan berikanlah keberkahan kepada penghulu kami Muhammad, hamba-Mu dan rasul-Mu, nabi yang ummi, dan kepada keluarganya, para isterinya serta keturunannya. Sebagaimana Engkau memberikan keberkahan kepada penghulu kami Ibrahim dan kepada keluarga penghulu kami Ibrahim. Sesungguhnya engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia.”

Bacaan ini didasarkan pada beberapa hadits yang diantaranya adalah hadits Abu Humaid as-Sa’idi RA: “Para sahabat bertanya kepada Nabi SAW: ‘Bagaimanakah cara kami bershalawat kepadamu?’ Beliau menjawab: “Katakan:

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
“Ya Allah, sampaikanlah shalawat kepada Muhammad, dan kepada para isterinya dan keturunannya. Sebagaimana Engkau memberikan shalawat kepada Ibrahim dan kepada keluarga Ibrahim. Dan berikanlah keberkahan kepada Muhammad, dan kepada para isterinya dan keturunannya. Sebagaimana Engkau memberikan keberkahan kepada Ibrahim dan kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia.” (HR. Bukhari).


Syarat-syarat membaca shalawat
Syarat membaca shalawat kepada Nabi SAW adalah seprti syarat dalam membaca tasyahud dengan beberapa tambahan berikut:
1. Dibaca setelah tasyahud.
2. Menggunakan kata-kata khusus, yaitu:
  • Kata shalawat (الصلاة). Jika dirubah dengan kata salam (السلام) atau rahmat (الرحمة) maka tidak sah.
  • Kata Muhammad, atau Ahmad. Atau menggunakan sifat beliau yaitu nabi (النبي) atau rasul (الرسول). Jika memakai kata ganti ketiga, seperti: (اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ) maka tidak sah.
3. Membaca bacaan shalawat secara tertib.

==========

RUKUN KEDUABELAS : MEMBACA SALAM 

السلام

Yang merupakan rukun dalam shalat adalah salam pertama saja. Minimal bacaan salam adalah: assalâmu ‘alaikum (semoga keselamatan tercurah bagi kalian), dan yang lengkap adalah: assalâmu ‘alaikum wa rahmatullah (semoga keselamatan dan rahmat Allah tercurah bagi kalian). Dalil rukun ini adalah hadits yang diriwayatkan Ali bin Abi Thalib RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda:

مِفْتَاحُ الصَّلَاةِ الطُّهُورُ، وَتَحْرِيمُهَا التَّكْبِيرُ، وَتَحْلِيلُهَا التَّسْلِيمُ
“Kunci shalat adalah bersuci, pembukanya adalah takbir, dan penutupnya adalah salam.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah).

Syarat membaca salam
Syarat membaca salam adalah:
1. Kata salam dibaca secara ma’rifah (dengan menyebutkan huruf alif dan lam di depan kata), yaitu: assalâmu, bukan: salâmu, salâmullah, salâmi.
2. Menggunakan kata ganti kedua, yaitu: ‘alaikum (bagi kalian). Tidak boleh: ‘alaihim (bagi mereka), ‘alainâ (bagi kita).
3. Menggunakan bentuk jamak, yaitu: ‘alaikum (bagi kalian). Tidak boleh: ‘alaika (bagi kamu), ‘alaikumâ (bagi kalian berdua).
4. Kedua kata tidak boleh dipisah dengan kata lain.
5. Dibaca secara al-muwâlâh, yaitu tidak dipisahkan antara kedua kata dengan jeda.
6. Diucapkan sambil menghadap kiblat dengan dadanya.
7. Tidak mengucapkan salam sebagai kalimat berita tetapi harus meniatkan sebagai doa.
8. Dibaca sambil duduk.
9. Memperdengarkan bacaannya kepada dirinya.
10. Menggunakan bahasa Arab.



RUKUN KETIGABELAS : TERTIB
Melakukan rukun-rukun diatas secara berurutan, yaitu melakukan niat dan takbiratul ihram, lalu membaca al-Fatihah, lalu rukuk, lalu i’tidal, lalu sujud, dan seterusnya. Dalilnya adalah perbuatan Nabi SAW ketika shalat yang diperintahkan untuk diikuti.
Melakukan rukun secara tidak berurutan terbagi menjadi dua:
1. Dilakukan secara sengaja. Jika seseorang mendahulukan sebuah rukun dari tempatnya secara sengaja maka batal shalatnya.
2. Dilakukan secara tidak sengaja
  • Jika ia teringat rukun yang tertinggal sebelum sampai pada rukun yang sama pada rakaat berikut maka ia harus langsung melakukan rukun yang tertinggal tersebut dan melanjutkan shalatnya seperti biasa lalu melakukan sujud sahwi.
  • Jika ia teringat rukun yang tertinggal setelah sampai pada rukun yang sama pada rakaat berikut maka ia cukup melanjutkan shalatnya tetapi gerakan yang telah salah ia lakukan adalah batal dan dianggap seperti tidak pernah terjadi sehingga ia harus menambah satu rakaat lagi.

WALLAHU A’LAM

Sumber : http://ahmadghozali.com

abdkadiralhamid@2016

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "RUKUN SHALAT (BAG. 6) : BERSHALAWAT, MENGUCAPKAN SALAM, DAN TERTIB"

Post a Comment

Silahkan komentar yg positip