//

Wasiat Nasehat Para Tokoh Sufi

Wasiat Nasehat Syekh Abul Hasan Ali Asy Syadzili


• Jika Kasyaf bertentangan dengan Al Qur’an dan Sunah, tinggalkanlah Kasyaf dan berpeganglah pada Al Qur’an dan Sunah. Katakan pada dirimu : Sesungguhnya Allah swt menjamin keselamatan saya dalam kitabnya dan sunah Rasulnya dari kesalahan, bukan dari Kasyaf, Ilham, maupun Musyahadah sebelum mencari kebenarannya dalam Al Qur’an dan Sunah terlebih dahulu.

• Kembalilah dari menentang Allah swt, maka engkau menjadi Ahli Tauhid. Berbuatlah sesuai dengan rukun-rukun Syara’, maka engkau menjadi Ahli Sunah. Gabungkanlah keduanya, maka engkau menuju kesejatian.

• Jika engkau menginginkan bagian dari anugerah para wali, berpalinglah dari manusia kecuali dia menunjukkanmu kepada Allah swt dengan cara yang benar dan tidak bertentangan dengan Al Qur’an dan Sunah.

• Seandainya kalian mengajukan permohonan kepada Allah swt, sampaikan lewat Imam Abu Hamid Muhammad Al Ghazali. Kitab Ihya Ulumuddin Al Ghazali mewariskan Ilmu; sedangkan Qutub Qulub Al Makki mewariskan cahaya kepada kalian.

• Ketuklah pintu zikir dengan hasrat dan sikap sangat membutuhkan kepada Allah swt melalui kontemplasi, menjauhkan diri segala hal selain Allah swt. Lakukanlah dengan menjaga rahasia batin, agar jauh dari bisikan nafsu dalam seluruh nafas dan jiwa, sehingga kalian memilki kekayaan rohani. Tuntaskan lisanmu dengan berzikir, hatimu untuk tafakur dan tubuhmu untuk menuruti perintah-Nya. Dengan demikian kalian bisa tergolong orang-orang saleh.

• Manakala zikir terasa berat di lisanmu, sementara pintu kontemplasi tertutup, ketahuilah bahwa hal itu semata-mata karena dosa-dosamu atau kemunafikan dalam hatimu. Tak ada jalan bagimu kecuali bertobat, memperbaiki diri, hanya menggantungkan diri kepada Allah swt dan ikhlas beragama.

• Orang yang berakal adalah orang yang dapat memahami apa yang diinginkan Allah swt darinya. Dan yang diinginkan Allah swt dari hambanya-Nya dalam memperoleh nikmat, bencana, melaksanakan ketaatan atau terjerumus dalam kemaksiatan ada empat hal :
1. Jika engkau memperoleh nikmat, maka Allah swt mengharuskanmu untuk bersyukur.
2. Jika kau ditimpa bencana, Allah swt memerintahmu ( mensyariatkan ) untuk bersabar.
3. Jika Allah swt memberimu taufik untuk taat, Allah swt memerintahkanmu ( mensyariatkanmu ) untuk syuhudul minnah dan meyakini bahwa Allah swt lah yang memberikan taufik.
4. Dan jika kau bermaksiat, maka Allah swt mensyariatkanmu untuk bertobat dan berinabah kepada-Nya.
Barangsiapa memahami tujuan empat hal perlakuan Allah swt ini, maka ia
Dekat dengan hal-hal yang dicintai Allah swt dan dia adalah hamba sejati,
Sebagaimana sabda Rasulullah saw :

من البتلي فصبر واعطي فشكر وظلم فاستغفر وظلم فغفر

Barangsiapa diuji dengan bencana kemudian bersabar, diberi nikmat ke-
mudian bersyukur, berbuat zalim kemudian meminta maaf dan dizalimi
kemudian memaafkan……

Rasulullah saw diam, Para Sahabat bertanya, "Apa yang ia peroleh, wahai
Rasulullah saw?"
Rasulullah saw bersabda :
اولئك لهم الأمن وهم مهتدون
"Mereka itulah orang-orang yang memperoleh keselamatan dan merekalah
orang-orang yang mendapat petunjuk."( QS.Al-An'am,6 :82 )

Diposkan oleh Izhar Syapawi di 4:28 PM No comments:
Label: WASIAT NASEHAT


Wasiat Nasehat Syekh Abdul Qadir Al-Jailany.

• Ikutilah Sunnah rasul dengan penuh keimanan, jangan mengerjakan bid’ah, patuhlah selalu kepada Allah swt dan Rasulnya, janganlah melanggar. Junjung tinggi tauhid, jangan menyekutukan Allah swt, selalu sucikan Allah swt, dan jangan berburuk sangka kepadanya. Pertahankanlah kebenarannya, jangan ragu sedikitpun. Bersabarlah selalu, jangan menunjukkan ketidak sabaran. Beristiqomahlah dengan berharap kepadanya; bekerja samalah dalam ketaatan, jangan berpecah belah. Saling mencintailah, dan jangan saling mendendam.

• Tabir penutup kalbumu tak akan tersibak selama engkau belum lepas dari alam ciptaan; tidak berpaling darinya dalam keadaan hidup selama hawa nafsumu belum pupus; selama engkau melepaskan diri dari kemaujudan dunia dan akhirat; selama jiwamu belum bersatu dengan kehendak Allah swt dan cahayanya. Jika jiwamu bersatu dengan kehendak Allah swt dan mencapai kedekatan denganNya lewat pertolonganNya. Makna hakiki bersatu dengan Allah swt ialah berlepas diri dari makhluq dan kedirian; serta sesuai dengan kehendaknya tanpa gerakmu; yang ada hanya kehendaknya. Inilah keadaan fana dirimu; dan dalam keadaan itulah engkau bersatu denganNya; bukan dengan bersatu dengan ciptaannya. Sesuai Firman Allah swt :”Tak ada sesuatupun yang serupa dengannnya. Dan dialah yang Maha Mendengar dan Maha Melihat”

• Anakku! Pertama-tama nasihatilah dirimu, kemudian nasihatilah orang lain. Perhatikanlah dirimu, jangan mengurusi orang lain, jangan mengurusi orang lain selama dalam dirimu masih ada sesuatu yang harus diperbaiki. Sungguh celaka, engkau mengaku tahu cara menyelamatkan orang lain! Engkau buta, bagaimana dapat menuntun orang lain? Hanya yang memiliki penglihatan tajamlah yang mampu menuntun umat manusia. Hanya seorang perenang handallah yang mampu menyelamatkan mereka dari samudera ganas. Hanya orang yang mengenal Allah swt lah yang dapat mengembalikan manusia ke jalan-Nya. Seseorang yang tidak mengenal-Nya, bagaimana dapat menuntun manusia ke jalan-Nya?

• Hai orang-orang yang lalai! Secara terang-terangan engkau menentang Allah swt yang Maha Benar dengan bermaksiat kepada-Nya tetapi merasa aman dari siksa-Nya? Ketahuilah tak lama lagi rasa aman itu akan berubah menjadi ketakutan, masa luangmu menjadi kesempitan, kesehatanmu menjadi sakit, kemuliaanmu menjadi kehinaan, kedudukanmu menjadi rendah, kekayaanmu menjadi kemiskinan. Ketahuilah! Rasa aman dari siksa Allah 'Azza wa jalla yang akan kau peroleh di hari kiamat sesuai dengan rasa takutmu kepada-Nya di dunia ini. Sebaliknya, ketakutanmu di hari kiamat, sesuai dengan rasa amanmu ( dari siksa Allah swt ) di dunia.
Sayangnya! Engkau tenggelam di dunia dan terperosok ke lembah kelalaian, sehingga cara hidupmu seperti hewan. Yang kalian ketahui hanya makan, minum, menikah dan tidur. Keadaan kalian ini tampak nyata bagi orang-orang yang berhati suci.
Rasa rakus terhadap dunia, keinginan untuk mencari dan menumpuk-numpuk harta telah memalingkan kalian dari jalan Allah 'Azza wa jalla dan pintu-Nya.
Hai yang ternoda karena ketamakannya, andaikata kau bersama penghuni bumi bersatu untuk mendatangkan sesuatu yang bukan bagianmu, maka kalian semua tidak akan mampu mendatangkannya. Oleh karena itu tinggalkanlah rasa tamak untuk mencari sesuatu ( rezeki ) yang telah ditetapkan untukmu, maupun yang tidak ditetapkan untukmu. Apakah pantas bagi seorang yang berakal untuk menghabiskan waktunya memikirkan sesuatu yang telah selesai pembagiannya….?

• Empat hal berikut menghapus agama kalian :
1. Kalian tidak mengamalkan apa yang kalian ketahui.
2. Kalian mengamalkan apa yang tidak kalian ketahui.
3. Kalian tidak mau mempelajari apa yang tidak kalian ketahui, maka selamanya kalian bodoh.
4. Kalian mencegah orang lain untuk mempelajari apa yang tidak mereka ketahui.

• Kalian menghadiri majelis ilmu hanya untuk mencari jalan keluar bagi permasalahan duniawi kalian, bukan untuk mengobati penyakit hati. Kalian tidak mendengarkan nasihat para penceramah, tetapi meneliti kesalahan mereka, kemudian menghina dan mentertawakannya, kalian juga bermain-main dalam majelis. Sesungguhnya kalian sedang mempertaruhkan diri kalian kepada Allah swt yang Maha Agung dan Maha Mulia. Segeralah bertobat, jamgan mencontoh musuh-musuh Allah 'Azza wa jalla. Berusahalah untuk mengambil manfaat dari apa yang kalian dengar.

• Berpuasalah! Tetapi ketika berbuka jangan lupakan faqir miskin. Berilah mereka sedikit makanan yang kau gunakan untuk berbuka. Jangan makan sendiri, sebab orang yang makan sendiri dan tidak memberi makan orang lain, dikhawatirkan kelak akan menjadi miskin dan hidup susah.
Perut kalian kenyang, tetangga kalian kelaparan, tetapi kalian mengaku sebagai Mukmin. Iman kalian tidaklah sah, jika kalian memiliki banyak makanan sisa, keluarga kalian telah makan, tetapi kalian tolak seorang peminta yang berdiri di depan pintu kalian, sehingga ia pergi dengan tangan hampa.
Jika ini kalian lakukan, ketahuilah, tak lama lagi kalian akan mengetahui berita kalian, kalian akan menjadi sepertinya, kalian akan diusir sebagaimana kalian mengusir peminta itu ketika kalian mampu memberinya.
Sungguh celaka dirimu, mengapa engkau tidak segera bangun dan memberikan sesuatu yang kau miliki dengan tanganmu sendiri. Andaikata kalian mau bangun dan memberinya sesuatu, maka kalian telah melakukan dua kebaikan, yaitu merendahkan diri kepada sang peminta dan berderma kepadanya. Lihatlah Nabi kita Muhammad saw, beliau berderma kepada peminta, memerah susu onta dan menjahit pakaian beliau dengan kedua tangan beliau sendiri. Bagaimana kalian berani mengaku sebagai pengikut beliau saw, perbuatan beliau saw. Kalian hanya pandai mengaku, tetapi tidak memiliki bukti….!

• Jika engkau bertemu dengan seseorang, maka yakinilah bahwa dia lebih baik darimu. Ucapkan dalam hatimu :
"Bisa jadi kedudukannya di sisi Allah swt jauh lebih baik dan lebih tinggi dariku"
jika bertemu anak kecil, maka ucapkanlah ( dalam hatimu ) :
"Anak ini belum bermaksiat kepada Allah swt, sedangkan diriku telah banyak bermaksiat kepada-Nya. Tentu anak ini jauh lebih baik dariku."
Jika bertemu orang tua, maka ucapkanlah ( dalam hatimu ) :
"Dia telah beribadah kepada Allah swt jauh lebih lama dariku, tentu dia lebih baik dariku."
Jika bertemu dengan seorang yang berilmu, maka ucapkanlah ( dalam hatimu ) :
"Orang ini memperoleh karunia yang tidak akan kuperoleh, mencapai kedudukan yang tidak akan pernah kucapai, mengetahui apa yang tidak kuketahui dan dia mengamalkan ilmunya, tentu dia lebih baik dariku."
Jika bertemu dengan seorang yang bodoh, maka katakanlah ( dalam hatimu ) :
"Orang ini bermaksiat kepada Allah swt karena dia bodoh ( tidak tahu ), sedangkan aku bermaksiat kepada-Nya padahal aku mengetahui akibatnya. Dan aku tidak tahu bagaimana akhir umurku dan umurnya kelak. Dia tentu lebih baik dariku."
Jika bertemu dengan orang kafir, maka katakanlah ( dalam hatimu ) :
"Aku tidak tahu bagaimana keadaannya kelak, bisa jadi di akhir usianya dia memeluk agama islam dan beramal saleh. Dan bisa jadi di akhir usia, diriku kufur dan berbuat buruk."

Diposkan oleh Izhar Syapawi di 4:25 PM No comments:
Label: WASIAT NASEHAT


Wasiat Nasehat Imam Ghazali Ra

“Kehidupan seorang muslim tidak dapat dicapai dengan sempurna, kecuali mengikuti jalan Allah SWT yang dilalui secara bertahap. Tahapan-tahapan itu antara lain : tobat, sabar, faqir, zuhud, tawakal, cinta, makrifat dan ridha. Karena itu seseorang yang mempelajari tasawuf wajib mendidik jiwa dan akhlaknya. Sementara itu, hati adalah cermin yang sanggup menangkap makrifat. Dan kesanggupan itu terletak pada hati yang suci dan jernih.”

"Berbicara tentang nasihat, kulihat diriku tak pantas untuk memberikannya. Sebab, nasihat seperti zakat, nishabnya adalah kemampuan untuk memetik nasihat itu bagi dirinya sendiri. Seseorang yang belum mencapai nishab, bagaimana ia akan mengeluarkan zakat ? Dan seorang yang tak memiliki cahaya, bagaimana dapat dijadikan sebagai alat penerang oleh orang lain? Bagaimana bayangan akan lurus jika kayunya bengkok ? Allah swt mewahyukan kepada 'Isa bin Maryam AS :
"Nasihatilah dirimu, jika kau mampu memetik nasihat, maka nasihatilah orang lain. Jika tidak, maka malulah kepada-Ku".

"Barangsiapa hendak mengetahui aib-aibnya, maka ia dapat menempuh empat jalan berikut :
1. Duduk dihadapan seorang guru yang mampu mengetahui keburukan hati dan berbagai bahaya yang tersembunyi didalamnya. Kemudian ia memasrahkan dirinya kepada sang guru dan mengikuti petunjuknya dalam bermujahadah membersihkan aib itu. Ini adalah keadaan seorang murid dengan syeikhnya dan seorang pelajar dengan gurunya. Sang guru akan menunjukkan aib-aibnya dan cara pengobatannya, tapi di zaman ini guru semacam ini langka.
2. Mencari seorang teman yang jujur, memiliki bashiroh ( mata hati yang tajam ) dan berpegangan pada agama. Ia kemudian menjadikan temannya itu sebagai pengawas yang mengamati keadaan, perbuatan, serta semua aib batin dan zhohirnya, sehingga ia dapat memperingatkannya. Demikian inilah yang dahulu dilakukan oleh orang-orang cerdik, orang-orang terkemuka dan para pemimpin agama.
3. Berusaha mengetahui aib dari ucapan musuh-musuhnya. Sebab pandangan yang penuh kebencian akan berusaha menyingkapkan keburukan seseorang. Bisa jadi manfaat yang diperoleh seseorang dari musuh yang sangat membencinya dan suka mencari-cari kesalahannya adalah lebih banyak dari teman yang suka bermanis muka, memuji dan menyembunyikan aib-aibnya. Namun, sudah menjadi watak manusia untuk mendustakan ucapan musuh-musuhnya dan mengangnya sebagai ungkapan kedengkian. Tetapi, orang yang memiliki mata hati jernih mampu memetik pelajaran dari berbagai keburukan dirinya yang disebutkan oleh musuhnya.
4. Bergaul dengan masyarakat. Setiap kali melihat perilaku tercela seseorang, maka ia segera menuduh dirinya sendiri juga memiliki sifat tercela itu. Kemudian ia tuntut dirinya untuk segera meninggalkannya. Sebab, seorang Mukmin adalah cermin bagi mukmin lainnya. Ketika melihat aib orang lain ia akan melihat aib-aibnya sendiri.

"Renungkanlah pendeknya umurmu. Andaikata engkau berumur seratus tahun sekalipun, maka umurmu itu pendek jika dibandingkan dengan masa hidupmu kelak di akhirat yang abadi, selama-lamanya.
Coba renungkan, agar dapat beristirahat ( pensiun )selama dua puluh tahun, dalam satu bulan atau setahun engkau sanggup menanggung berbagai beban berat dan kehinaan di dalam mencari dunia. Tetapi mengapa engkau tidak sanggup menanggung beban ibadah selama beberapa hari demi mengharapkan kebahagiaan abadi di Akhirat nanti?
Jangan panjang angan-angan, engkau nanti akan berat untuk beramal. Yakinilah bahwa tak lama lagi engkau akan mati. Katakana dalan hatimu :
Pagi ini aku akan beribadah meskipun berat, siapa tahu nanti malam aku mati. Malam ini aku akan sabar untuk beribadah, siapa tahu besok aku mati.
Sebab, kematian tidak datang pada waktu, keadaan dan tahun tertentu. Yang jelas ia pasti dating. Oleh karena itu, mempersiapkan diri menyambut kedangan maut lebih utama daripada menpersiapkan diri menyambut dunia. Bukankah kau menyadari betapa pendek waktu hidupmu di dunia ini? Bukankah bisa jadi ajalmu hanya tersisa satu tarikan dan hembusan napas atau satu hari?
Setiap hari lakukanlah hal ini dan paksakan dirimu untuk sabar beribadah kepada Allah swt. Andaikata engkau ditakdirkan untuk hidup selama lima puluh tahun dank au biasakan dirimu untuk sabar beribadah, nafsumu tetap akan berontak, tetapi ketika maut menjemput kau akan berbahagia selama-lamanya. Tetapi, ketika engkau tunda-tunda dirimu untuk beramal, dan kematian dating di waktu yang tidak kau perkirakan

Diposkan oleh Izhar Syapawi di 4:23 PM No comments:
Label: WASIAT NASEHAT


Wasiat Nasehat Imam Syafi’i

• Seseorang yang mencoba melakukan apa-apa yang dilarang Allah swt selain dosa syirik, masih lebih daripada dia berfikir dengan pandangan ilmu kalam.

• Jika aku melihat seseorang yang ahli hadits, seakan-akan aku melihat seseorang dari sahabat Nabi saw. Mereka telah menjaga untuk kita keaslian sunnah Nabi Muhammad saw, maka mereka berhak mendapat pujian dari kita. Dan fiqih adalah tuannya ilmu, karena dengannnya hadits dapat dipahami.

• Tujuan dari ilmu adalah mengamalkannya, maka ilmu yang hakiki adalah yang terefleksikan dalam kehidupannya, bukannya yang bertengger di kepala.

• Satu hal yang dapat menyia-nyiakan orang yang berilmu dan yang dapat menghilangkan posisinya sebagai seorang ‘alim adalah ketika ia tidak mempunyai kawan.

• Jangan sekali-kali kamu tinggal di suatu Negara atau tempat yang yang disana tidak ada orang yang ahli dibidang fiqih sebagai tempat kamu untuk menanyakan masalah agama, dan juga tidak ada dokter yang dapat menjelaskan kondisi kesehatanmu.

• Tidak ada satupun ilmu yang ingin aku pelajari setelah aku memahami tentang masalah halal dan haram, kecuali ilmu kedokteran, tapi mengapa kita jauh terbelakang disbanding dengan orang-orang nasrani?

• Jika engkau melihat seseorang berjalan di atas air dan bisa terbang di udara, maka janganlah kehebatan itu menjadikan kalian lengah dan terheran-heran kepadanya sampai kamu mengetahui secara persis atas apa yang di kerjakannya itu berlandaskan pada Al-Qur’an dan as-sunnah.

• Jika rasa ujub menghinggapi aktifitasmu, maka lihatlah keridhaan siapa yang kau harapkan, pahala mana yang kau suka, sanksi mana yang kau benci. Maka jika engkau memikirkan satu di antara kedua hal ini, niscaya akan hadir di depan matamu apa yang sudah kamu lakukan.

• Tawadhu’ adalah perkara yang sangat diidam-idamkan. Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah mereka yang tidak melihat kedudukannya sendiri. Akan tetapi tawadhu’ dihadapan orang yang tidak bisa menghargai orang lain merupakan bentuk kezhaliman terhadap diri sendiri.

• Menghindarkan telinga dari mendengar hal-hal yang tidak baik merupakan suatu keharusan, sebagaimana seseorang mensucikan tutur katanya dari ungkapan buruk.

• Kedermawanan dan kemuliaan adalah dua hal yang dapat menutupi aib.

• Kesabaran adalah akhlak mulia, yang dengannya setiap orang dapat menghalau segala rintangan.

• Takabur ( sombong ) adalah akhlak tercela.

• Bid’ah itu terbagi menjadi dua macam : segala sesuatu yang baru dan tidak sejalan dengan kitab, sunnah, atsar, ijma’ itu merupakan bid’ah dhalalah ( bid’ah yang sesat ). Sementara jika sesuatu yang baru itu tidak berseberangan dengan Al-Qur’an, hadits, atsar dan ijma’, maka sesuatu yang baru itu disebut bid’ah hasanah ( bid’ah yang baik ).

• Cukuplah ilmu itu menjadi keutamaan bagi seseorang, ia bangga manakala disebut sebagai orang berilmu. Ia juga disebut bodoh manakala meninggalkan bagian dari pengetahuannya, dan jika kata bodoh itu ditujukan kepadanya, tentu ia akan marah.

• Pekerjaan terberat itu ada tiga ; Sikap dermawan di saat dalam keadaan sempit; Menjauhi dosa di kala sendiri; Berkata benar di hadapan orang yang ditakuti.

• Barangsiapa yang ingin menjadi seorang pemimpin, niscaya kedudukan yang didambakannya itu akan meninggalkannya, dan jika ia telah menduduki jabatan, maka ia akan ditinggalkan banyak ilmu.

• Yang paling nampak pada diri manusia adalah kelemahannya, maka barangsiapa melihat kelemahan dirinya sendiri, ia akan menggapai keistiqamahan terhadap perintah Allah swt.

• Dunia adalah tempat yang licin nan menggelincirkan, rumah yang hina, bangunan-bangunannya akan runtuh, penghuninya akan beralih ke kuburan, perpisahan dengannya adalah sesuatu keniscayaan, kekayaan di dunia sewaktu-waktu bisa berubah menjadi kemiskinan, bermegah-megahan adalah suatu kerugian, maka memohonlah perlindungan Allah swt, terimalah dengan hati yang lapang segala karunia-Nya. Jangan terpesona dengan kehidupanmu di dunia sehingga meninggalkan kehidupan Akhirat. Ketahuilah, sesungguhnya hidupmu di dunia akan sirna, dindingnya juga miring dan hancur, maka perbanyaklah perbuatan baik dan jangan terlalu banyak berangan-angan.

• Menganggap benar dengan hanya satu pandangan merupakan suatu bentuk ketertipuan. Berpegangan dengan suatu pendapat itu lebih selamat daripada berkelebihan dan penyesalan. Melihat dan berpikir, keduanya akan menyingkap keteguhan hati dan kecerdasan. Bermusyawarah dengan orang bijak merupakan bentuk kemantapan jiwa dan kekuatan mata hati. Maka, berpikirlah sebelum menentukan suatu ketetapan, atur strategi sebelum menyerang, dan musyawarahkan terlebih dahulu sebelum melangkah maju ke depan.

• Kebaikan itu ada di lima perkara : kekayaan hati, bersabar atas kejelekan orang lain, mengais rezeki yang halal, taqwa, dan yakin akan janji Allah swt.

• Pilar kepemimpinan itu ada lima : perkataan yang benar, menyimpan rahasia, menepati janji, senantiasa memberi nasihat dan menunuaikan amanah.

• Keluarga manapun yang wanita-wanitanya tidak pernah bertemu dengan laki-laki yang bukan anggota keluarga, dan laki-lakinya tidak pernah bertemu dengan wanita-wanita yang bukan dari keluarganya, niscaya akan ada dari anak-anak mereka yang bodoh.

• Keridhaan semua manusia adalah satu hal yang mustahil untuk dicapai, dan tidak ada jalan untuk terselamatkan dari lidah mereka, maka lakukanlah apa yang bermanfaat untuk dirimu dan berpegang teguhlah dengannya.

• Kesia-siaan seorang Alim adalah ketika dia tidak mempunyai kawan, dan kesia-siaan seorang yang bodoh adalah pikirannya yang dangkal. Dan yang lebih sia-sia dari keduanya adalah seorang yang punya kawan namun tak berakal.

• Barangsiapa yang dipancing untuk marah, namun ia tidak marah, maka dia tak ubahnya keledai, dan barangsiapa yang diminta keridhaannya namun tidak ridha, maka dia adalah syetan.

• Terimalah dariku tiga hal :

a. Jangan berbicara panjang lebar tentang sesuatu yang tidak baik perihal Sahabat Rasulullah saw, karena kelak Rasulullah saw nantinya yang akan menjadi seterumu.
b. Janganlah kamu sibukkan dirimu dengan ilmu kalam, sesungguhnya aku telah melakukan kajian dengan ahli ilmu kalam dan mereka telah melakukan ta’thil ( meniadakan sifat Allah swt ).
c. Dan jangan menyibukkan dirimu dalam nujum ( ramalan dengan bintang ).

• Kenyang itu akan membuat badan jadi berat, mengeraskan hati, menghilangkan kecerdasan, mengajak tidur dan melemahkan ibadah.

• Engkau harus berlaku Zuhud, sesungguhnya zuhudnya orang yang zuhud itu lebih baik dari perhiasan yang ada pada tubuh wanita yang menawan.

• Dasar ilmu adalah kemantapan dan buahnya adalah keselamatan. Dasar Wara’ ( menjaga diri dari sesuatu yang meragukan ) adalah Qona’ah ( menerima karunia Allah swt dengan dada yang lapang ) dan buahnya adalah ketenangan batin. Dasar Kesabaran adalah keteguhan hati dan buahnya adalah kemenangan. Dasar suatu Aktifitas adalah Taufiq ( pertolongan Allah swt ) dan buahnya adalah kesuksesan. Dasar Tujuan akhir dari segala Perkara adalah Shidiq ( benar ).

• Terlalu keras dan menutup diri terhadap orang lain akan mendatangkan musuh, dan terlalu terbuka juga akan mendatangkan kawan yang tidak baik, maka posisikan dirimu di antara keduanya.

• Jadikanlah diam sebagai sarana atas pembicaraanmu, dan tentukan sikap dengan berfikir.

• Manusia yang paling tinggi kedudukannya adalah mereka yang tidak melihat kedudukan dirinya, dan manusia yang paling banyak memiliki kelebihan adalah mereka yang tidak melihat kelebihan dirinya.

• Jika engkau mendengar sesuatu yang engkau benci tentang sahabatmu, maka jangan tergesa-gesa untuk memusuhinya, memutus tali persahabatan, dan kamu menjadi orang yang telah menghilangkan suatu keyakinan dengan keraguan. Tetapi temuilah dia! Dan katakan kepadanya, “Aku mendengar kamu melakukan ini dan itu….?” Tentunya dengan tanpa memberitahukan kepadanya siapa yang memberi informasi kepadamu. Jika ia mengingkarinya, maka katakana kepadanya, “Kamu lebih jujur dan lebih baik”, cukup kalimat itu saja dan jangan menambahi kalimat apapun. Namun jika ia mengakui hal itu, dan ia mengemukakan argumentasinya akan hal itu, maka terimalah.

• Sesungguhnya Hasad itu terlahir dari suatu kehinaan, lekatnya tabiat, perubahan struktur tubuhnya, runtuhnya temperatur tubuh dan lemahnya daya nalarnya.

• Orang yang paling Zhalim adalah mereka yang melakukan kezhaliman itu pada dirinya sendiri. Bentuk kezhaliman itu adalah :
o orang yang bersikap tawadhu’ ( rendah hati ) di depan orang yang tidak menghargainya.
o menumpahkan kasih sayangnya kepada orang yang tidak ada nilai manfaat.
o mendapat pujian dari orang yang tidak dikenalnya.

• Siapa yang menginginkan khusnul khotimah dipenghujung umurnya, hendaknya ia berprasangka baik kepada manusia.

• Bersihkan pendengaran kalian dari hal-hal yang tidak baik, sebagaimana kalian membersihkan mulut kalian dari kata-kata kotor, sesungguhnya orang yang mendengar itu tidak jauh berbeda dengan yang berucap. Sesungguhnya orang bodoh itu melihat sesuatu yang paling jelek dalam dirinya, kemudian ia berkeinginan untuk menumpahkannya dalam diri kalian, andaikan kalimat yang terlontarkan dari orang bodoh itu dikembalikan kepadanya, niscaya orang yang mengembalikan itu akan merasa bahagia, begitu juga dengan kehinaan bagi orang yang melontarkannya.

• Orang yang mengkaji ilmu faraid, dan sampai pada puncaknya, maka akan tampil sebagai sosok orang yang ahli berhitung. Adapun ilmu hadits, itu akan tampak nilai keberkahan dan kebaikannya pada saat tutup usia. Adapun ilmu fiqih merupakan ilmu yang berlaku bagi semua kalangan baik muda maupun yang tua, karena fiqih merupakan pondasi dasar dari segala ilmu.

• Di antara orang yang tidak mempunyai harga diri adalah mereka yang dengan mudahnya memberitahukan usianya kepada orang lain, karena kalau usianya lebih muda, tentu mereka akan menganggapnya rendah dan jika usianya lebih tua, tentu mereka akan beranggapan bahwa ia sudah pikun.

• Peranti terbentuknya harga diri itu ada empat : kemuliaan akhlak, kedermawanan, sikap santun dan ibadah ( yang istiqamah ).

• Tidak termasuk saudaramu orang yang senang mencari muka di hadapanmu.

• Tidak ada seorangpun yang hidup dengan tanpa adanya orang yang dicintai dan orang yang dibenci, kalau memang demikian realitasnya, maka hendaknya ia senantiasa bersama orang-orang yang taat kepada Allah swt.

• Jika telah ada akar yang tertanam dalam kalbu, maka lidah akan berperan sebagai pemberi kabar cabangnya.

• Karakter umum manusia adalah pelit, termasuk hal yang menjadi kebiasaannya adalah apabila ada orang yang mendekatinya, maka ia akan menjauhinya, dan apabila ada orang yang menjauh darinya, iapun akan mendekati orang itu.

• Siapa yang memberi nasehat saudaranya di tempat yang sunyi, maka ia telah melakukan perbaikan pada dirinya, dan siapa yang memberi nasehat saudaranya di tempat keramaian, sesungguhnya ia membuka aib dan menghianatinya.

• Seorang bijak menulis kepada seorang bijak lainnya : “wahai saudaraku, engkau telah dianugerahi ilmu, maka janganlah kamu kotori ilmumu dengan gelapnya dosa, sehingga kamu berada dalam kegelapan di saat para ahli ilmu berjalan dengan suluh ilmunya.

• Barangsiapa menghendaki akhirat, maka hendaknya ia ikhlas dalam mencari ilmu.

• Kepandaian itu ada dalam masalah agama, bukan dalam masalah keturunan, kalau saja kepandaian diukur dalam masalah keturunan, maka tak ada satu orang pun yang cakap seperti Fatimah putri Rasulullah saw dan putri-putri beliau yang lain.

• Tidak ada orang yang mencari ilmu yang disertai dengan kemalasan; dan kekayaan menjadikan seseorang beruntung, namun keberuntungan itu akan melekat dalam diri orang yang senantiasa mencari ilmu dengan disertai semangat yang tinggi dan prihatin sreta bersanding selalu dengan Ulama.

• Ilmu tidak akan dapat diraih kecuali dengan ketabahan.

• Janganlah kamu berkonsultasi kepada orang yang di rumahnya tidak terdapat makanan, karena hal tersebut menandakan tidak berfungsinya akal mereka.

• Bukanlah orang yang berakal itu manakala dihadapkan kepadanya perkara yang baik dan perkara yang buruk, lantas ia memilih yang baik, akan tetapi dikatakan orang berakal apabila dihadapkan kepadanya dua hal yang buruk lantas ia memilih yang paling ringan keburukannya di antara keduanya.

• Besarnya rasa takut itu sesuai dengan kapasitas ilmunya. Tiada seorang alim pun yang ia takuti kecuali kepada Allah swt. Yang merasa aman akan marah Allah swt, dialah si-jahil. Yang merasa takut akan marah Allah swt, dialah si-arif.

• Andaikan semua manusia memikirkan kandungan isi surah al-Ashr, tentu mereka akan merasa cukup dengannnya.

• Kalau aku melihat orang yang suka mengikuti hawa nafsunya, walaupun ia berjalan di atas air, aku tidak akan menemuinya.

• Barangsiapa mempelajari Al-Qur’an, maka mulia nilainya. Barangsiapa berbicara tentang fiqih, maka akan berkembang kemampuannya. Barangsiapa menulis hadits, maka akan kuat hujjahnya. Barangsiapa mengkaji bahasa, maka akan lembut tabiatnya. Barangsiapa mengkaji ilmu hitung, maka akan sehat pikirannya. Barangsiapa tidak menjaga jiwanya, maka ilmunya tidak akan berguna baginya.

• Perdebatan dalam agama akan mengeraskan hati dan menimbulkan rasa dendam.

• Tiada aib dalam diri Para Ulama yang lebih buruk dari kesenangan mereka terhadap apa yang Allah swt perintahkan kepada mereka untuk berlaku zuhud terhadapnya.

• Setiap orang yang berbicara dengan berlandaskan pada Al-Qur’an dan Al-Hadits itulah orang orang yang bersungguh-sungguh, sementara orang yang berbicara dengan tanpa landasan dari keduanya itu merupakan bualan saja.

• Pondasi dasar adalah Al-Qur’an dan as-Sunnah. Jika tidak didapati dari keduanya, maka Qiyaslah berlaku. Jika hadits itu shahih, itulah yang disebut sunnah. Ijma’ itu lebih bisa dipertanggung jawabkan daripada hadits ahad. Yang diambil dari hadits itu adalah teksnya, namun jika hadits tersebut mengandung banyak penafsiran, maka carilah yang mendekati makna teksnya.

• Mencari ilmu lebih utama daripada shalat sunnah. Mempelajari hadits itu lebih baik daripada shalat tathawwu.

• Ilmu terbagi dua ; ilmu kesehatan dan ilmu agama. Yang dimaksud dengan ilmu agama disini adalah ilmu fiqih, sementara ilmu kesehatan adalah ilmu kedokteran.

• Orang yang pandai akan bertanya tentang apa yang ia ketahui dan tidak ia ketahui. Dengan menanyakan apa yang ia ketahui, maka ia akan semakin mantap, dan dengan menanyakan apa yang belum ia ketahui, maka ia akan menjadi tahu. Sementara orang bodoh itu meluapkan kemarahannya karena ( sulitnya ) ia belajar, dan tidak menyukai pelajaran.

• Sejelek-jelek bekal menuju ke alam akhirat adalah permusuhan dengan sesamanya.

• Kaji dan dalamilah sebelum engkau menduduki jabatan, karena kalau engkau telah mendudukinya, maka tidak ada kesempatan bagimu untuk mengkaji dan mendalaminya.

• Pelajarilah dengan teliti suatu pengetahuan, agar engkau tidak kehilangan kedalaman arti kandungannya.

• Pesona para ulama adalah jiwa yang mulia dan sebagai penghias pengetahuan yang dimilikinya adalah wara’ ( menjauhkan diri dari sesuatu yang belum jelas ) dan berlaku bijak.

• Siapa yang merasa bahwa dalam dirinya terkumpul dua cinta, cinta dunia dan cinta kepada penciptanya, maka ia telah berdusta.

• Ketahuilah bahwa orang yang jujur kepada Allah swt, ia akan selamat. Barangsiapa yang bersemangat dengan agamanya, ia pun akan selamat dari kerusakan, dan barangsiapa yang berlaku zuhud dengan urusan dunianya, niscaya kelak pahala Allah swt, akan nampak indah di matanya.

• Barangsiapa terkumpul dalam dirinya tiga sifat, maka imannya telah sempurna : orang yang menyeru kepada kebaikan dan dia juga melaksanakannya, melarang pada perbuatan buruk dan dia tidak melakukannya serta menjaga aturan-aturan yang telah Allah swt tetapkan.

• Berlakulah zuhud dalam menjalani hidup di dunia, dan cintailah kehidupan akhirat dan barangsiapa harum bau ( badan )nya, maka kecerdasannya akan semakin bertambah.

• Suatu keharusan bagi orang yang ‘alim adalah zikir dari setiap aktifitasnya yang dengannya akan terjalin komunikasi antara dirinya dengan Allah swt.

• Jikalau seseorang dari kalian berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mencapai keridhaan setiap orang, niscaya ia tidak akan menemukan jalannya; maka hendaklah seorang hamba mengikhlaskan amalannya ke haribaan Allah swt.

• Tidak ada yang tahu tentang riya, kecuali orang yang ikhlas.

• Tak pantas, siapapun mengatakan halal dan haram kecuali berlandaskan pada pengetahuan. Dan ilmu itu adalah apa yang yang tertulis dalam Al-Qur’an, hadits, ijma’ ataupun qiyas. Dari dasar inilah kesemuanya akan terungkap maknanya.

• Keutamaan itu ada empat :
Pertama : hikmah, dan penopangnya adalah pemikiran.
Kedua : iffah ( menjaga harga diri ), dan penopangnya adalah syahwat.
Ketiga : kekuatan, penopangnya adalah kemarahan.
Keempat : adil, penopangnya adalah kekuatan jiwa.

• Kefaqiran Ulama adalah ikhtiar ( usaha ) dan kefaqiran orang-orang bodoh adalah goncangan jiwanya.

• Barangsiapa yang tidak dimuliakan karena ketaqwaannya, maka dia tidak memiliki harga diri.

• Mencari-cari kelebihan materi di dunia adalah hukuman yang Allah swt timpakan kepada ahli Tauhid.

• Barangsiapa benar dalam berukhuwah dengan saudaranya, maka kekurangannya akan diterima, kelemahannya akan ditutup dan kesalahan-kesalahannya dimaafkan.

• Barangsiapa mengadu domba untuk kepentinganmu, maka dia akan mengadu domba dirimu; dan barangsiapa menyampaikan fitnah kepadamu, maka ia akan memfitnahmu.

• Barangsiapa jika engkau menyenangkannya, dia berkata : pada dirimu ada yang bukan milikmu. Begitu juga ketika kau membuatnya marah, dia berkata : pada dirimu ada yang bukan milikmu.

• Tak akan sempurna ( akal ) seorang laki-laki, kecuali dengan empat hal; beragama, amanah, pemeliharaan dan penjagaan diri, serta ketenangan dan ketabahan.

• Rendah hati adalah akhlaqnya mulia, sedang kesombongan adalah kebiasaan orang tercela. Rendah hati akan menumbuhkan kecintaan dan lapang dada menerima pemberian Allah swt akan melahirkan ketenangan jiwa.

• Andaikan aku ditakdirkan mampu menyuapkan ilmu kepadamu, pasti kusuapi engkau dengan ilmu.

• Aku akan merasa bahagia, jika semua orang mempelajari ilmu ini, dan sama sekali tidak menyandarkannya padaku.

• Betapa aku senang, jika semua ilmu yang aku ketahui dimengerti oleh semua orang, maka dengannya aku mendapat pahala, meskipun mereka tidak memujiku.

• Menuntut ilmu membutuhkan tiga hal : memiliki keterampilan, umur ( waktu ) yang panjang dan mempunyai kecerdasan.

• Sebaik-baik harta simpanan adalah taqwa, dan sejelek-jeleknya adalah sikap permusuhan.

• Siasat manusia jauh lebih dahsyat dari siasat binatang.

• Orang yang berakal adalah mereka yang dapat menjaga dirinya dari segala perbuatan tercela.

• Seorang hamba yang terjatuh pada perbuatan dosa selain dosa syirik itu lebih baik daripada ia terkungkung oleh hawa nafsunya.

• Barangsiapa yang dirinya terkalahkan oleh kuatnya syahwat dunia, maka ia akan senantiasa menjadi budak ahli dunia; dan barangsiapa yang qana’ah ( menerima karunianya dengan lapang dada ) maka akan hilang ketundukannya pada dunia.

• Tiada kebahagiaan yang menyamai persahabatan dengan saudara yang satu keyakinan, dan tiada kesedihan yang menyamai perpisahan dengan mereka.

• Berapa banyak orang yang telah berbuat kebajikan kepadamu yang membuatmu terbelenggu dengannya, dan berapa banyak orang yang memperlakukanmu dengan kasar dan ia memberi kebebasan kepadamu.

• Barangsiapa yang menghargai dirinya melebihi kapasitasnya, maka Allah swt akan mengembalikannya kepada nilai sesungguhnya dalam dirinya.

• Barangsiapa berhias diri dengan kebatilan, maka Allah swt akan membuka penutup kejelekannya.

• Hendaklah ada bersama ahli fiqih seorang yang bodoh, sehingga ia dapat memberi pelajaran kepadanya.

• Yang menjadi pengganti Nabi Muhammad saw itu ada lima : Sayyidina Abu Bakar Ash Shiddiq, Sayyidina Umar bin Khattab, Sayyidina Utsman bin Affan, Sayyidina Ali bin Abi Thalib dan Sayyidina Umar bin Abdul Aziz.

• Barangsiapa yang ditertawakan karena suatu masalah, maka ia tidak akan pernah melupakan masalah tersebut.

• Tingkat tertinggi para Ulama adalah ketaqwaan, perhiasan mereka adalah akhlaq mulia dan pesona mereka adalah jiwa yang agung.

• Jika kalian melihat kitab yang didalamnya ada catatan tambahan dan perbaikan, maka lihatlah kebenaran yang ada didalamnya.

• Mereka yang menguasai bahasa arab adalah jin yang berupa manusia, mereka melihat apa yang tidak dilihat orang lain.

• Sesungguhnya akal itu punya batas maximal, sebagaimana mata juga mempunyai batas pandang maximal.

• Orang yang selalu menjaga dirinya akan senantiasa bersungguh-sungguh.

• Pertolongan adalah zakatnya muru’ah.

• Jika terdapat banyak kebutuhan yang harus dipenuhi, maka mulailah dari yang terpenting dan mendesak.

• Barangsiapa menyimpan rahasianya, maka kebaikan ada di tangannya.

• Siapa yang menghendaki kehidupan dunia, maka harus disertai dengan ilmu; dan siapa menghendaki akherat, juga harus dengan ilmu.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Wasiat Nasehat Para Tokoh Sufi"

Post a Comment

Silahkan komentar yg positip