//

Rabithah Alawiyah: Novel FPI Bukan Habib


Rabithah Alawiyah: Novel FPI Bukan Habib




Ketua Umum DPP Rabithah Alawiyah, Habib Zen bin Smith dan Duta Besar Yaman, Ali Ali Alsoswa


Organisasi pencatat keturunan Nabi Muhammad SAW di Indonesia, Rabithah Alawiyah, menegaskan bahwa Novel Bamukmin bukan merupakan keturunan Rasulullah (sayyid). Artinya, Novel bukan habib yang secara bahasa artinya keturunan Rasul yang dicintai.

Ketua Umum DPP Rabithah Alawiyah, Sayyid Zen Umar bin Smith, mengatakan, Bamukmin merupakan salah satu suku yang memang berasal dari Yaman atau Hadramaut. Tetapi tidak mempunyai silsilah atau garis keturunan dari Rasulullah.

“Novel Bamukmin itu bukan sayyid apalagi habib,” katanya saat ditemuiRepublika di kantornya, Sabtu (11/10). Novel adalah dalang demo Front Pembela Islam (FPI) yang berakhir rusuh. Setelah diburu aparat, kini ia sudah menyerahkan diri ke Polda Metro Jaya.

Menurut Sayyid Zen, gelar habib tidak bisa disematkan kepada setiap sayyid. Setiap habib harus sayyid, tetapi sayyid belum tentu habib. Dia mengatakan, saat ini banyak orang yang mengaku sebagai seorang habib, padahal bukan.

Perilaku sebagian oknum yang kerap melakukan kekerasan dalam klaim perjuangannya inilah justru merusak citra dari keturunan Rasulullah sendiri. Dia menjelaskan, seorang sayyid tidak bisa mengatakan bahwa dirinya sendiri adalah habib.

Pengakuan habib harus melalui komunitas dengan berbagai persyaratan yang sudah disepakati. Di antaranya cukup matang dalam hal umur, harus memiliki ilmu yang luas, mengamalkan ilmu yang dimiliki, ikhlas terhadap apapun, wara atau berhati-hati serta bertaqwa kepada Allah.

Dan yang paling penting, lanjutnya, adalah akhlak yang baik. Sebab, bagaimanapun keteladanan akan dilihat orang lain. Seseorang akan menjadi habib atau dicintai orang kalau mempunyai keteladanan yang baik dalam tingkah lakunya. Maka, kata dia, menjadi aneh jika seseorang mengaku-ngaku dirinya adalah seorang habib.

Sayyid Zen mengaku miris melihat fenomena adanya habib yang perilakunya tidak sesuai dengan pilar-pilar yang ada tadi. Padahal, kata dia, dakwah bisa dilakukan di bidang apapun. Dia menekankan kepada sayyid-sayyid tentang pentingnya menjunjung aturan-aturan yang berlaku dalam sebuah negara yang ditempati. Menurutnya, hal itu adalah kewajiban sebagai warga negara.

Dia menambahkan, dimanapun kita atau sayyid dan habib itu berada, maka mereka harus menjadi warga negara yang baik dan mengikuti semua aturan yang ada di tempat tersebut. “Dimana bumi dipijak, di situ langit dijunjung,” ujarnya.

Sumber :
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA


2014@abdkadiralhamid

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Rabithah Alawiyah: Novel FPI Bukan Habib"

Post a Comment

Silahkan komentar yg positip