//

H A D A S

BAB THAHARAH (BERSUCI)

B. H A D A S
Hadas adalah suatu keadaan pada diri seseorang yang menghalangi keabsahan shalat atau ibadah sejenisnya.
Hadas dibagi menjadi dua, yaitu hadas kecil dan hadas besar.

a. Hadas kecil
Hadas kecil adalah hadas yang mewajibkan wudhu karenanya. Ada empat hal yang menyebabkan hadas kecil, yaitu:
  1. Keluar sesuatu dari salah satu lubang kemaluan (kecuali air mani). Baik sesuatu itu bersifat normal, seperti kotoran dan angin, ataupun tidak normal, seperti darah dan binatang.
    Penghalang Shalat
    Penghalang Shalat
Allah SWT berfirman:

أَوْ جَاءَ أَحَدُكُمْ مِنَ الْغَائِطِ
“Atau kembali dari tempat buang air.” (Al-Maaidah: 6).

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda:

لاَ يَقْبَلُ اللهُ صَلاَةَ أَحَدِكُمْ إِذَا أَحْدَثَ حَتَّى يَتَوَضَّأَ
“Allah tidak menerima shalat seorang diantara kalian jika berhadas hingga ia berwudhu.” Seorang lelaki dari Hadramaut bertanya kepada Abu Hurairah: “Apa itu hadas?” Abu Hurairah menjawab: “Buang angin bersuara dan tidak bersuara.” (HR. Bukhari dan Muslim).
  1. Hilang akal atau kesadaran, seperti gila, mabuk, pingsan, koma dan tidur, kecuali tidur dalam posisi duduk yang kokoh di tempat duduknya.
Allah SWT berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَقْرَبُوا الصَّلَاةَ وَأَنْتُمْ سُكَارَى
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk.” (An-Nisaa`: 43).

Nabi SAW bersabda:

وِكَاءُ السَّهِ الْعَيْنَانِ فَمَنْ نَامَ فَلْيَتَوَضَّأْ
“Penutup lupa itu adalah kedua mata maka barang siapa yang tertidur maka hendaklah ia berwudhu.” (HR. Abu Daud).

Adapun tidak batalnya wudhu karena tidur dalam posisi duduk yang kokoh adalah didasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, ia berkata: “Dahulu, di zaman Nabi SAW, para sahabat menunggu pelaksanaan shalat Isya hingga kepala mereka tertunduk (tidur) lalu mereka melaksanakan shalat tanpa berwudhu.” (HR. Abu Daud).
  1. Bersentuhan kulit secara langsung antara lelaki dan perempuan dewasa yang bukan muhrim.
  • Bersentuhan kulit. Jika bukan kulit maka tidak batal, misalnya kuku, rambut (bulu), tulang, gigi, gusi, lidah, dan bola mata.
  • Secara langsung. Jika tidak secara langsung maka tidak batal, seperti jika terdapat pembatas meskipun sangat tipis ataupun transparan.
  • Antara lelaki dan perempuan. Jika antara lelaki dan lelaki, atau perempuan dan perempuan maka tidak batal. Tetapi jika menyentuh hemaprodit (seseorang dengan kelamin ganda) yang belum jelas jenis kelaminnya maka dihukumi batal.
  • Maksudnya adalah seseorang yang sudah menarik perhatian lawan jenis meskipun belum balig.
  • Bukan muhrim. Muhrim adalah semua perempuan yang tidak boleh dinikahi selama-lamanya. Jumlah muhrim ada 18 orang, diantaranya adalah ibu, anak kandung, saudara (baik kandung, seayah ataupun seibu), isteri bapak, saudara susuan, dan lain sebagainya.
Dalilnya adalah firman Allah SWT yang menjelaskan hal-hal yang membatalkan wudhu:

أَوْ لاَمَسْتُمُ النِّسَاءَ
“Atau kalian menyentuh perempuan.” (Al-Maaidah: 6).

  1. Menyentuh kemaluan manusia (kubul dan dubur) dengan telapak tangan bagian dalam, baik kemaluan lelaki maupun perempuan, baik dewasa maupun anak-anak, baik masih hidup atau sudah meninggal.
Nabi SAW bersabda:

مَنْ مَسَّ ذَكَرَهُ فَلاَ يُصَلِّي حَتَّى يَتَوَضَّأَ
“Barang siapa yang menyentuh kemaluannya maka janganlah ia shalat hingga berwudhu.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Nasa`i, Ibnu Majah dan Ahmad).


Hal-hal yang dilarang dalam keadaan hadas kecil
Terdapat beberapa perbuatan yang terlarang ketika hadas kecil, yaitu:
  1. Shalat, dan ibadah lain yang dihukumi seperti shalat, yaitu sujud tilawah, sujud syukur, shalat jenazah dan khutbah jum’at.
Nabi SAW bersabda:

لاَ يَقْبَلُ اللهُ صَلاَةَ أَحَدِكُمْ إِذَا أَحْدَثَ حَتَّى يَتَوَضَّأَ
“Allah tidak menerima shalat seorang diantara kalian jika berhadas hingga ia berwudhu.” (HR. Bukhari dan Muslim).
  1. Melakukan thawaf.
Nabi SAW bersabda:

الطَّوَافُ بِالْبَيْتِ صَلاةٌ فَأَقِلُّوا مِنْ الْكَلامِ
“Thawaf di Baitullah adalah shalat maka kurangilah pembicaraan.” (HR. Nasa`i).
  1. Menyentuh dan membawa mushaf alquran.
Allah berfirman:

لَا يَمَسُّهُ إِلَّا الْمُطَهَّرُونَ
“Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan.” (Al-Wâqi’ah: 79).

Rasulullah SAW juga bersabda:
لاَ تَمَسَّ الْقُرْآنَ إِلاَّ وَأَنْتَ طَاهِرٌ
“Janganlah engkau menyentuh Alquran kecuali jika engkau suci.” (HR. Hakim).


b. Hadas besar
Hadas besar adalah hadas yang mewajibkan mandi. Ada enam perbuatan yang menyebabkan hadas besar, yaitu:
  1. Berhubungan badan, yaitu masuknya kepala zakar ke dalam vagina meskipun tidak mengeluarkan air mani.
Rasulullah SAW bersabda:

إِذَا جَلَسَ بَيْنَ شُعَبِهَا الْأَرْبَعِ ثُمَّ جَهَدَهَا فَقَدْ وَجَبَ عَلَيْهِ الْغُسْلُ، وفي رواية لمسلم: وَإِنْ لَمْ يَنْزِلْ
“Jika seseorang sudah duduk diantara empat sisinya lalu ia menggaulinya maka telah wajib mandi baginya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Sementara dalam redaksi riwayat Muslim: “Meskipun tidak keluar air mani.”
  1. Mengeluarkan sperma (air mani), baik sengaja, seperti melalui hubungan badan dan onani (masturbasi), ataupun tidak sengaja, seperti mimpi basah.
Aisyah meriwayatkan bahwa suatu ketika Nabi SAW ditanya mengenai seseorang yang menemukan basah di pakaiannya tetapi ia tidak ingat terjadi mimpi basah. Maka beliau menjawab: “Ia harus mandi.” Beliau juga ditanya tentang seseorang yang bermimpi basah tetapi tidak menemukan basah di pakaiannya, maka beliau menjawab: “Tidak ada mandi atasnya.” (HR. Abu Daud).
  1. Suci dari haid. Allah SWT berfirman:
فَاعْتَزِلُوا النِّسَاءَ فِي الْمَحِيضِ وَلَا تَقْرَبُوهُنَّ حَتَّى يَطْهُرْنَ فَإِذَا تَطَهَّرْنَ فَأْتُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ أَمَرَكُمُ اللَّهُ
“Maka hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu.” (Al-Baqarah: 222).

Dan Rasulullah SAW berkata kepada Fathimah binti Abi Hubaisy:

فَإِذَا أَقْبَلَتِ الْحَيْضَةُ فَدَعِيْ الصَّلاَةَ، وَإِذَا أَدْبَرَتْ فَاغْتَسِلِيْ وَصَلِّيْ
“Jika datang haid maka tinggalkanlah shalat, dan jika telah pergi maka mandilah dan shalatlah.” (HR. Bukhari).
  1. Suci dari nifas. Karena darah nifas adalah akumulasi (kumpulan) dari darah haid.
  2. Karena anak yang keluar berasal dari air mani dan umumnya janin keluar bersama darah.
  3. Meninggal dunia. Diriwayatkan dari Ummu Athiyah RA, ia berkata: “Rasulullah SAW mendatangi kami ketika salah seorang anak perempuannya meninggal dunia lalu bersabda:
اغْسِلْنَهَا ثَلاَثاً
“Mandikanlah dirinya sebanyak tiga kali.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Hal-hal yang dilarang dalam keadaan hadas besar
Terdapat beberapa hal yang terlarang ketika hadas besar, yaitu:
  1. Seluruh perbuatan yang dilarang dalam hadas kecil.
  2. Berdiam diri dalam masjid. Jika sekedar lewat saja maka dibolehkan selama yakin tidak mengotori masjid.
Nabi SAW bersabda:

لاَ أُحِلُّ الْمَسْجِدَ لِحَائِضٍ وَلاَ جُنُبٍ
“Aku tidak menghalalkan (berdiam di) masjid bagi perempuan haid dan orang junub.” (HR. Abu Daud).

Adapun dalil kebolehan lewat sebentar di dalam masjid jika tidak mengotorinya adalah firman Allah SWT:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَقْرَبُوا الصَّلَاةَ وَأَنْتُمْ سُكَارَى حَتَّى تَعْلَمُوا مَا تَقُولُونَ وَلَا جُنُبًا إِلَّا عَابِرِي سَبِيلٍ حَتَّى تَغْتَسِلُوا
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi.” (An-Nisaa`: 43).

Juga diriwayatkan bahwa Nabi SAW pernah berkata kepada Aisyah: “Ambilkan aku alas shalat untuk di masjid.” Lalu Aisyah berkata: “Aku sedang haid.” Maka beliau menjawab:

إِنَّ حَيْضَتِكِ لَيْسَتْ بِيَدِكِ
“Sesungguhnya darah haidmu bukan di tanganmu.” (HR. Muslim).
Dalam riwayat an-Nasa`i: “Lalu salah seorang diantara kami bangkit dan membawa alas shalat ke masjid lalu ia bentangkan sementara ia sedang haid.”
  1. Membaca alquran dengan maksud membacanya sebagai ayat alquran. Kalau membacanya dengan maksud doa, zikir, atau mendapatkan keberkahan maka tidak apa-apa.
لاَ يَقْرَأُ الْجُنُبُ وَالْحَائِضُ شَيْئاً مِنَ الْقُرْآنِ
“Orang junub dan haid tidak boleh membaca sesuatu dari Alquran.” (HR. Ibnu Majah).
  1. Beberapa hal lain yang tidak boleh dilakukan oleh dan terhadap perempuan haid dan nifas.
  • Berpuasa
Nabi SAW ditanya mengenai kekurangan seorang perempuan dalam sisi agama (ibadah), maka beliau menjawab:

أَلَيْسَ إِذَا حَاضَتْ لَمْ تُصَلِّ وَلَمْ تَصُمْ
“Bukankah jika datang haid maka ia tidak shalat dan tidak berpuasa?”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Namun demikian, perempuan haid wajib mengganti (mengqadha) puasa yang ditinggalkannya selama masa haid. Hal ini berdasarkan perkataan Aisyah RA: “Kami mendapatkan haid di masa Rasulullah SAW. Maka kami diperintahkan untuk mengqadha puasa tetapi tidak diperintahkan untuk mengqadha shalat.” (HR. Bukhari dan Muslim).
  • Menceraikannya. Menceraikan perempuan haid adalah perbuatan dosa tetapi talak yang dinyatakan dianggap jatuh.
Diceritakan bahwa Abdullah bin Umar RA menceraikan isterinya ketika sedang haid. Umar bin Khattab RA lalu menanyakan hal itu kepada Rasulullah SAW maka beliau menjawab:

مُرْهُ فَلْيُرَاجِعْهَا، ثُمَّ لِيُمْسِكْهَا حَتَّى تَطْهُرَ، ثُمَّ تَحِيضَ ثُمَّ تَطْهُرَ، ثُمَّ إِنْ شَاءَ أَمْسَكَ بَعْدُ، وَإِنْ شَاءَ طَلَّقَ قَبْلَ أَنْ يَمَسَّ، فَتِلْكَ العِدَّةُ الَّتِي أَمَرَ اللَّهُ أَنْ تُطَلَّقَ لَهَا النِّسَاءُ
“Perintahkan ia agar merujuknya kembali. Lalu hendaklah ia memegangnya (tidak menceraikannya) hingga isterinya suci, lalu haid, lalu suci. Kemudian jika ia ingin maka ia boleh tetap memegangnya, dan jika ia ingin maka boleh menceraikannya (dengan syarat) sebelum dicampurinya. Itulah masa iddah yang diperintahkan Allah untuk menceraikan isteri di dalamnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
  • Menggaulinya. Allah SWT berfirman:
فَاعْتَزِلُوا النِّسَاءَ فِي الْمَحِيضِ وَلَا تَقْرَبُوهُنَّ حَتَّى يَطْهُرْنَ فَإِذَا تَطَهَّرْنَ فَأْتُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ أَمَرَكُمُ اللَّهُ
“Maka hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu.” (Al-Baqarah: 222).

Rasulullah SAW pernah ditanya tentang apa yang dibolehkan bagi suami terhadap isterinya yang sedang haid. Maka beliau menjawab:

لَكَ مَا فَوْقَ اْلإِزَارِ
“Engkau boleh menikmati apa yang di atas kain sarung.” (HR. Abu Daud).
Maksudnya, kain sarung yang dipakai untuk menutup antara bagian pusar hingga lutut.

wallahu a’lam.

Sumber : http://ahmadghozali.com

abdkadiralhamid@2016

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "H A D A S "

Post a Comment

Silahkan komentar yg positip