//

UMAR MUKHTAR, LION OF DESERT FROM LIBYA




UMAR MUKHTAR رحمه الله‎
 

Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه
"MUJAHID TAK PERNAH TAKUT UNTUK MATI"
 

UMAR Mukhtar رحمه الله‎, dijuluki oleh Barat sebagai “Lion of the Desert”,
Mujahidin Libya, memimpin jihad melawan penjajah Italia pada tahun 1920-1930-an.
Dia berusia 70 tahun, ketika ia menderita luka parah,dan ditawan oleh penjajah.
Bersama para pejuang dan mujahid yang ada Beliau رحمه الله‎ mengobarkan jihad
hingga Italia kewalahan menanggulangi.
Berbagai perjanjian dibuat oleh Italia guna melunakkan perjuangan para mujahid.
Singkat cerita, pada tanggal 11 September 1931,
ketika Umar Mukhtar رحمه الله‎ berziarah ke makam sahabat Rasulullah ﷺ,
Ruwaifi' Bin Tsabit رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ di kota al-Baidha,
Umar Mukhtar رحمه الله‎ berhasil ditangkap oleh pasukan Italia.
Beliau رحمه الله‎ pun langsung ditawan dan digelandang ke pengadilan untuk
menjalani hukuman sebagai pemberontak setelah berjuang lebih dari 20 tahun.
Sebuah dialog di pengadilan kafir pada tahun 1931,
antara “hakim” dan Umar Mukhtar رحمه الله‎.
Hakim: “Apakah Anda melawan negara Italia?”
Umar رحمه الله‎ : “Ya.”
Hakim: “Apakah Anda mendorong orang untuk berperang melawan Italia?”
Umar رحمه الله‎ : “Ya.”
Hakim: “Apakah Anda menyadari hukuman untuk apa yang Anda lakukan?”
Umar رحمه الله‎ : “Ya.”
Hakim: “Selama berapa tahun Anda melawan Italia?”
Umar رحمه الله‎ : “Sudah selama 20 tahun.”
Hakim: “Apakah Anda menyesal atas apa yang telah Anda lakukan?”
Umar رحمه الله‎ : “Tidak.”
Hakim: “Apakah Anda menyadari bahwa Anda akan dieksekusi?”
Umar رحمه الله‎ : “Ya.”
Hakim: “Ini merupakan akhir yang suram bagi orang seperti Anda.”
Mendengar kata-kata ini,
Umar Mukhtar رحمه الله‎ menjawab:.
“Sebaliknya, ini adalah cara terbaik untuk mengakhiri hidup saya!”
Hakim kemudian ingin membebaskannya dan mendeportasinya dari negara itu
jika ia mau mengajak Mujahidin dalam sebuah pernyataan untuk menghentikan Jihad.
Kemudian Umar Mukhtar رحمه الله‎ mengatakan kata-katanya yang terkenal:


“Jari telunjuk saya, yang mengakui dalam setiap ibadah bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah, tidak bisa menulis kata-kata dusta, kami tidak menyerah, kami menang atau mati!”
Akhirnya, sang Hakim menjatuhkan vonis hukuman mati terhadap Umar Mukhtar رحمه الله‎ dengan cara digantung.
Di akhir persidangan, sang hakim bertanya:
"Bagaimana menurutmu terhadap hukuman ini?".
Umar رحمه الله‎ menjawab:
"Hukum yang benar hanyalah hukum Allah, bukan hukum kalian ini...".

Umar Mukhtar رحمه الله‎ menemui kesyahidan-nya di tiang gantung.
16 September 1931 (1 Jumadil Awwal 1350 H), di kota Saluq
 

Surat Ali 'Imran Ayat 169 :

وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا ۚ بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ
 

Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati;
bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezeki.
اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد
 

Hari Jumat, 16 September 2016 ini merupakan hari yang tak bisa dilupakan umat Islam di seluruh dunia. Pada hari itu, 85 tahun yang lalu tepatnya 16 September 1931, Umar Mukhtar, pemimpin perlawanan rakyat Libya melawan penjajah Italia, secara terbuka dieksekusi oleh Angkatan Darat Italia.
Umar Mukhtar ialah seorang pengajar Al-Qur’an dan imam Masjid, ia memimpin perjuangan Libya melawan pendudukan Italia selama lebih dari 20 tahun.
Dilahirkan tahun 1861, Umar memulai hidupnya menjadi seorang sufi dan mengikuti tarekat Sanusiyah. Sebuah tarekat yang unik. Ia tidak meninggalkan dunia tetapi peduli terhadap persoalan dunia. Tarekat ini mengajarkan berani berperang melawan ketidakadilan. Ini mengingatkan kita dengan do’a Abu Bakar, “Ya Allah! Jadikanlah dunia ini di tangan kami bukan di hati kami”.


Awal perjuangan kaum Muslimin Libya pada tahun 1911 dimulai saat kapal-kapal perang Italia berlabuh di pantai Tripoli, Libya. Mereka membuat permintaan kepada kekhalifahan Turki Ustmaniyah untuk menyerahkan Tripoli kepada Italia. Kalau tidak kota itu akan dihancurkan.



 

Omar Mokhtar
Bersama rakyat Libya, kekhalifahan Turki Utsmani menolak mentah–mentah permintaan itu. Mereka menganggap hal ini sebuah penghinaan. Akibatnya, titisan bangsa Romawi ini pun mengebom kota Tripoli tiga hari tiga malam. Peristiwa ini menjadi seri perjuangan mujahidin Libya, bersama tentara Turki melawan pasukan Italia.
Tahun 1912, Sultan Turki menandatangani sebuah perjanjian damai yang sejatinya sebagai simbol menyerahnya Turki kepada Italia. Perjanjian itu diadakan di kota Lausanne,Switzerland. Itulah awal pemerintahan kolonial Italia berkuasa di Libya. Namun, perjanjian ini ditolak rakyat Libya. Mereka tetap melanjutkan perang jihad. Di beberapa wilayah, mereka masih tetap dibantu oleh tentara Turki yang tidak mematuhi perintah dari Jenderal Turki di pusat kekhalifahan, Istanbul.


Umar Mukhtar merupakan seorang komandan perang yang juga master dalam strategi perang gerilya di padang pasir. Ia memanfaatkan pengetahuannya tentang peta geografi Libya,untuk memenangi pertempuran. Terlebih pasukan Italia ‘buta’ dengan padang pasir. Beliau benar-benar memanfaatkan keterbatasan itu sebagai area menjadi sebuah titik kemenangan. Karena ia menyadari, ia bergerak dalam ruang lingkup hukum alam atau sunnatullah. “Jangan pernah melawan sunnatullah pada alam, sebab ia pasti akan mengalahkanmu. Tapi gunakanlah sebagiannya untuk menundukkan sebagian yang lain, niscaya kamu akan sampai tujuan,” sebuah kaedah indah yang dipakai imam syahid Hasan Al-Banna.


Umar Mukhtar memiliki sekitar 6.000 pasukan. Beliau juga membentuk pasukan elit kecil yang mempunyai mobilitas dan keterampilan perang yang tinggi. Keistimewaanya, berani tampil menjemput syahid. Pasukan ini mirip Brigade Izzuddin Al-Qassam yang dimiliki HAMAS di Palestina.
Tahun 1921 Umar Mukhtar tertangkap, karena pengkianatan salah seorang pasukannya. Tetapi berkat kepiawaiannya berdiplomasi dalam bahasa Inggris, Umar pun cepat dibebaskan oleh tentara musuh. Di tahun yang sama, Libya diperintah oleh Gubernur Jenderal Guiseppe Volvi. Ia mendeklarasikan akan “memperjuangkan hak-hak Italia dengan darah”. Lima belas ribu pasukan Italia pun disebar di kota Libya untuk membunuh para penduduk awam. Angkatan udara italia pun juga ikut berbicara. Kepala operasi ketentaraan ini adalah Pietro Badoglio dan Rudolfo Graziani. Nama terakhir ini tidak mengecualikan seorang pun dari pendukung-pendukung Umar yang tertangkap. Semuanya harus dibantai. Hal ini mendorong Umar beserta pasukannya kembali angkat senjata. Kemenangan pun diperoleh.
Italia akhirnya kalang kabut. Mereka ambil sikap, menangkapi rakyat biasa Libya. Karena itu, Mujahidin Libya harus menjalani peperangan yang sangat panjang. Umar berganti titel menjadi komandan perang untuk seluruh wilayah Libya. Terlebih, ia seorang ‘lulusan’ penjara Italia, sekolah yang semakin membesarkan cintanya membela Islam.


Peperangan yang berkisar pada tahun 1923– 931, menyebabkan Italia menderita kerugian yang amat sangat. Italia kalah perang di mana-mana. Setelah mendapat laporan dari Libya, Benito Musollini turun tangan. Ia mengirim 400.000 pasukannya ke Libya. Perang menjadi sangat tidak seimbang. Ibarat David versus Goliath. Pasukan Umar Mukhtar ‘hanya’ 10.000 orang. Di dalam al-Quran disebutkan bahwa bandingan pasukan muslim melawan pasukan kafir 1:10. Sangat wajar 10.000:400.000 mengakibatkan kekalahan mujahidin Libya.


Menjemput Syahid
Hukum Sunnatullah berlaku. Apalagi Mujahidin Libya telah berperang selama 20 tahun. Italia? Mereka selalu berdarah segar, terkecuali para pemimpinnya. Tahun 1931, Umar Mukhtar tertangkap. Sebuah pukulan telak kepada rakyat Libya. Beliau pun diadili dalam pengadilan yang tidak ada keadilan di dalamnya. Akhirnya, 16 September 1931 Umar Mukhtar mendapatkan karunia Ilahiyah yang mengabadikannya; tiang gantungan. Sebuah ikon paling penting dalam sejarah tirani abad ke-20. Simbol yang sangat akrab di telinga kaum muslimin khususnya.



 

Ratusan ribu rakyat Libya pun tak kuasa menahan tangisnya. Sedih karena sang murabbi telah tiada. Tetapi terharu melih
at sang mujahid tersenyum menemui Robb-nya. Mereka semua mempunyai alasan untuk menitikkan air mata kesedihan. Sebagaimana kesedihan yang dirasakan wanita-wanita Madinah ketika mendengar berita kematian Khalid bin Walid di Syam. Sebab, orang-orang seperti itu memang layak ditangisi.

‘Sang Pemimpin” dan Rahasia di Balik Kesuksesannya
Italia sangat terkenal dengan kekuatan militer. Terlebih, ia di bawah arahan Benito Musollini; diktator Italia yang menganut Fasis. Teman akrabnya, Adolf Hittler; diktator Jerman yang menganut Nazi. Membuat kocar kacir kekuatan yang ‘maha dahsyat’ seperti itu tidaklah mudah. Bahkan sangat berat. Tetapi tidak bagi Umar dan pasukannya. Mereka seringkali menjungkalkan benteng pertahanan milik Italia.

Sang pemimpin memiliki daya karismatik yang tinggi di mata rakyat Libya. Beliau mungkin sesuai dengan cara Umar bin Khatab r.a memaknai nilai seorang pemimpin di mata Allah. Ia berpesan kepada para pejabat di masa kekhalifahannya, “Ketahuilah kedudukan Anda di mata Allah dengan cara melihat tingkat penerimaan masyarakat kepada Anda!” Beliau memiliki keyakinan bahwa Allah hanya akan mau memenangkan agama-Nya dengan usaha-usaha manusia, bukan dengan mukjizat demi mukjizat. Di sinilah kunci kemenangan mujahidin Libya. Pasukan Umar Mukhtar sering memenangi peperangan meskipun dalam rasio pasukan yang jauh berbeda.

omar mokhtar2Sang pemimpin mengajarkan kepada kita bertarung dengan ruh dan semangat. Ketika ‘itu’ hilang dalam diri, maka segeralah bersiap–siap mengubur kemenangan. Umar Mukhtar adalah seorang manusia seperti halnya kita. Ia juga selalu dirundung banyak masalah. Pasti!. Kesedihan, kecemasan dan ketakutan. Bahkan keputusasaan serta keterpurukan pun mendera jiwanya. Pekerjaan-pekerjaan tersebut pastilah menyedot energi fisik, jiwa spiritual, dan pemikirannya. Namun, ia tahu bagaimana melawan ketakutan dan kesedihan. Memunculkan harapan di atas keputusasaan. Mereka selalu tampak santai dalam kesibukan, tenang di bawah tekanan, bekerja dalam kesulitan, optimis di depan tantangan, dan gembira dalam segala situasi.


Itu semua hanya berangkat dengan modal keyakinan iman dalam jiwanya. Ia memiliki tradisi spiritualitas yang khas. Selalu berharap akan pertolongan dan kemenangan dari Allah. Itu semua terlukis dalam bentuk ibadah nadhahnya kepada sang Khalik dan perbuatan ‘saleh’ lainnya. Karena itu, ia abadi dalam kenangan manusia. Menjadi bintang abadi di langit sejarah. Wallahua’lam bisshawwab.


Sumber: FB Lost Islamic History

Semoga bermanfaat
Silahkan share


abdkadiralhamid@2018

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to " UMAR MUKHTAR, LION OF DESERT FROM LIBYA"

Post a Comment

Silahkan komentar yg positip